Blogger news

Pages

Sabtu, 27 April 2013

akhlak tasawuf

BAB I

PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang Masalah

Manusia Sebagaimana disebutkan memiliki pancaindra (anggota tubuh), akal pikiran dan hati sanubari. Ketiga potensi ini harus bersih, sehat, berdaya guna dan dapat bekerja sama secara harmonis. Untuk menghasilkan koonnsi seperti ini ada tiga bidang ilmu yang berperan penting. Pertama, fiqih berperan dalam membersihkan dan menyehatkan panca indra dan anggota tubuh. Kedua, filsafat berperan dalam menggerakan, menyehatkan dan meluruskan akal pikir. Karena filsafat banyak berurusan dengan dimensi metafisik dari manusia, dalam rangka menghasilkan konsep-konsep yang menjelaskan inti tentang sesuatu. Ketiga, tasawuf berperan dalam membersihkan hati sanubari. Karenanya tasawuf banyak berurusan dengan dimensi esoterik (batin) dari manusia.

Tasawuf sebagaimana akan diuraikan dibawah ini, berurusan dengan penyucian al-Fuad (hati sanubari) agar ia tetap jernih, dan dengan jernih ia dapat memancarkan akhlak yang mulia. Dan disinilah letaknya hubungan substansial antara tasawuf dan akhlak.

B.            Rumusan Masalah

1.        Apakah yang dimaksud dengan Tasawuf?

2.        Bagaimana sejarah perkembangan akhlak tasawuf?

3.        Apa manfaat dari tasawuf?

C.           Tujuan

Setiap pembahasan memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai, antara lain;

1.        Untuk mengetahui tentang pengertian tasawuf

2.        Untuk mengetahui sejarah berkembangnya tasawuf Islam

D.           Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penyelesaian makalah ini, dengan menggunakan metode studi pustaka, yaitu dengan cara membaca dari berbagai buku-buku sebagai sumber referensi yang berhubungan dengan makalah ini.

BAB II

PEMBAHASAN

                                                                                                   

A.           PENGERTIAN TASAWUF

Secara etimologi, pengertian tasawuf dapat dilihat menjadi beberapa macam pengertian, seperti dibawah ini:

1.      Tasawuf berasal dari istilah yang dikonotasikan dengan “ahlu suffah”, yang berarti sekelompok orang di masa Rasulullah yang hidupnya banyak berdiam di serambi-serambi masjid, dan mereka mengabdikan hidupnya.

2.      Tasawuf berasal dari kata “shafa” yang berarti sebagai nama bagi orang-orang yang “bersih” atau “suci”. Maksudnya adalah orong-orang yang menyucikan dirinya di hadapan Tuhannya.

3.      Tasawuf  berasal dari kata “shaf” yang di nisbahkan kepada orang-orang yang ketika shalat selalu berada di shaf yang paling depan.

4.      Tasawuf di nisbahkan kepada orang-orang Bani Shufah.

5.      Tasawuf ada yang menisbahkannya dengan kata dari bahasa grik atau Yunani yakni “saufi”. Istilah ini di samakan maknannya dengan kata “hikmah” yang berarti kebijaksanaan.

Pengertian tasawuf berdasarkan istilah banyak di rumusakn oleh ahli, antara lain:

1.    Menurut al-Jurairi, memasuki segala budi (ahklak) yang bersifat sunni dan keluar dari budi pekerti yang rendah.

2.    Menurut al-Junaidi tasawuf adalah bahwa yang hak adalah yang mematikan mu, dan hak-hak yang menghidupkan mu.

3.    Amir bin Usman al-Makki tasawuf adalah seorang hamba yang setiap waktunya mengambil waktu yang utama.

4.    Menurut Samnun ia menyatakan tasawuf adalah bahwa engkau memiliki sesuatu dan tidak memiliki sesuatu.

5.    Ma’ruf al-Karakhi tasawuf adalah mengambil hakikat dan berputus asa pada apa yang ada di tangan makhluk.

Jadi pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan ilmu tasawuf adalah ilmu yang mempelajari usaha membersihkan diri, berjuang memerangi hawa nafsu, mencari jalan kesucian dengan ma’rifat menuju keabadian, saling mengingatkan antar manusia, serta berpegang teguh pada janji Allah dan mengikuti syariat Rasullah dalam mendekatkan diri dan mencapai keridhaan nya.

B.            SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWUF

Benih-benih tasawuf sudah ada sejak dalam kehidupan Nabi SAW. Hal ini dalam dilihat dari prilaku dan pristiwa dalam hidup, ibadah, dan pribadi Nabi SAW.

Peristiwa dan perilaku hidup Nabi SAW. Sebelum diangkat menjadi Rasul, berhari-hari berkhalwat di gua hira, terutama dalam bulan ramadhan. Disana Nabi Muhammad SAW banyak berfikir bertafkkur dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. Pengasingan diri Nabi Muhammad di gua hira ini merupakan acuan utama para sufi dalam melakukan khalwat.

Kemudian puncak pendekatan Nabi SAW dengan Allah SWT tercapai ketika melakukan isra dan mikraj. Didalam isra-mikraj itu Nabi SAW telah sampai sidratulmuntaha, bahkan telah sampai ke hadirat Ilahi dan sempat berdialog dengan Allah SWT. Dialog itu terjadi berulang kali, dimulai ketika Nabi SAW menerima perintah dari Allah SWT tentang kewajiban sholat 50x sehri semalam. Atas usul Nabi Musa AS, Nabi SAW memohon agar jumlahnya diringankan dengan alasan bahwa umatnya nanti tidak akan mampu melaksanakannya. Kemudian Nabi Muhammad SAW terus berdialog dengan Allah SWT Keadaan demikian merupakan benih-benih yang menumbuhkan sufisme di kemudian hari.

Peri kehidupan (sirah) Nabi SAW juga merupakan benih-benih tasawuf, yaitu pribadi Nabi SAW yang sederhana, zuhud, dan tidak pernah terpesona oleh kemewahan dunia. Dalam salah satu doa nya ia memohon: “ wahai Allah, hidupkan lah aku dalam kemiskinan dan matikan lah aku selaku orang miskin.

Ibadah Nabi SAW juga merupakan cikal bakal tasawuf. Nabi SAW adalah orang yang paling tekun ibadah. Dalam satu riwayat dari Aisyah RA di sebutkan bahwa pada suatu malam nabi saw mengerjakan sholat malam ; di dalam sholat lutut nya bergetar karna panjang dan banyak rakaat sholatnya. Tatkala rukuk dan sujud terdengar suara tangisannya, namun ia tetap terus melakukan sholatnya sampai suara adzan billal bin rabbah terdengar di waktu subuh. Melihat nabi tekun melakukan sholat, aisyah bertanya, “ wahai junjungan, bukankkah dosa yang terdahulu dan yang akan datang telah diampuni Allah, kenapa engkau masih terlalu banyak melakukan sholat?” .

Nabi saw menjawab, “ aku ingin menjadi hamba yang banyak bersyukur.

Akhlak Nabi SAW merupakan acuan akhlak yang tidak ada bandingannya.  Akhlak Nabi SAW bukan hanya di puji oleh manusia, tetapi juga oleh Allah SWT. Hal ini dapat dilihat firman Allah yang artinya: “ dan sesungguhnya kamu ( Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung”.

Ketika Aisyah tentang akhlak Nabi SAW ia menjawab, “ akhlak adalah al-Qur’an.” ( HR. Ahmad dan muslim ).

Dalam diri Nabi SAW terkumpul sifat-sifat utama, yaitu rendah hati, lemah lembut, jujur, tidak suka mencari-cari cacat orang lain, sabar, tidak angkuh, santun, dan tidak mabuk pujian. Nabi SAW selalu berusaha melupakan hal-hal yang tidak berkenaan di hatinya dan tidak pernah berputus asa dalam berusaha. Oleh sebab itu, Nabi SAW adalah tipe ideal bagi seluruh kaum muslimin, termasuk pula bagi para sufi. Hal ini sesuai dengan firman allah swt dalam surat al ahzab ayat 21 yang artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (dirinya) Rasulullah itu suri tauladan bagi mu (yaitu) bagi orang yang mengharap (Rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan ia banyak menyebut Allah”.

C.           SUMBER-SUMBER TASAWUF

Dikalangan para orientalis barat biasanya di jumpai pendapat yang mengatakan bahwa sumber yang membentuk tasawuf ada lima yaitu unsur islam, unsur luar islam, unsur masehi (agama nasrani), unsur yunani, unsur hindu/budhha, dan unsur persia.

1.      Unsur islam

Secara umum ajaran islam mengatur kehidupan yang bersifat lahirian atau jasadiah. Dan kehidupan yang bersifat batiniah. Pada unsur kehidupan yang bersifat batiniah itulah kemudian lahir tasawuf. Unsur kehidupan tasawuf ini mendapat perhatian yang cukup besar dari sumber ajaran islam, Al-Qur’an dan Al Sunnah serta praktek kehidupan Nabi dan para sahabatnya.

2.      Unsur luar islam

Dalam berbagai literatur yang ditulus oleh para orientalis barat sering di jumpai uraian yang menjelaskan bahwa tasawuf islam di pengaruhi oleh adanya unsur agama masehi, unsur yunani, unsur hindu/budha dan unsur persia hal ini secara akademik bisa saja di terima, namun secara aqidah perlu kehati-hatian. Para orientalis barat menyimpulkan bahwa adanya unsur luar islam masuk kedalam tasawuf itu di sebabkan karena secara historis agama-agama tersebut telah ada sebelum islam, bahkan banyak dikenal oleh masyarakat arab yang kemudian masuk islam.

Unsur-unsur luar islam yang diduga mempengaruhi tasawuf islam itu selanjutnya dapat di jelaskan sebagai berikut.

·         Unsur masehi

Orang arab sangat menyukai cara kependetaan, khusus nya dalam hal latihan jiwa dan ibadah. Atas dasar ini tidak mengherankan jika Von kromyer berpendapat bahwa tasawuf adalah buah dari unsur agama nasrani yang terdapat pada zaman jahiliah.

Unsur-unsur tasawuf yang diduga mempengaruhi tasawuf islam adalah sikap fakir menurut keyakinan nasrani bahwa isa bin mariam adalah seorang fakir dan injil juga disampaikan oleh orang fakir.

·         Unsur yunani

Kebudayaan yunani yaitu filsafatnya telah masuk pada dunia dimana perkembangannya dimulai pada akhir Daulah Umayyah dan puncaknya pada Daulah Abbasasiyah, metode berpikir filsafat yunani ini juga telah ikut mempengaruhi pola berpikir sebagian orang islam yang ingin berhubungan dengan Tuhan.

·         Unsur Hindu/Budha

Antara tasawuf dan sistem kepercayaan Agama hindu dapat dilihat adanya hubungan seperti sikap fakir, dan darwisy. Al Birawi mencatat bahwa ada persamaan antara cara ibadah dan mujahadah tasawuf dengan hindu. Kemudian pula paham reinkarnasi (perpinadahan roh dari satu badan ke badn yang lain) cara kelepasan dari dunia versi hindu atau buda dengan persatuan diri dengan jalan mengingat Allah.

·         Unsur persia

Sebenarnya antara Arab dan Persia itu sudah ada hubungan sejak lama yaitu hubungan dalam bidang politik,  pemikiran,  pemasyarakatan dan sastra. Akan tetepi belum di temukan dalil yang kuat yang menyatakan bahwa kehidupan rohani persia masuk ke tanah arab. Yang jelas adalah kehidupan kerohanian arab masuk ke persia itu terjadi melalui ahli-ahli tasawuf di dunia ini.

Sumber-smber yang menggambarkan bahwa tasawuf islam seolah-olah berasal bukan dari ajaran isalm, biasanya bersal dari barat. Di dalm berbagai literatur yang di tulis para orentalis barat kita menjumpai uraian seperti itu. Hal ini di sebabkan karena merka mengidentikan ajran islam sebagai mana ajaran non islam, yaitu ajaran yang di bangun dari hasil pemikiran logika yang di pengaruhi oleh situasi sosial. Namun perlu di catat, bahwa mengidentikan islam dengan non islam tidak sepenuhnya besar.

Pemikiran yang di hasilkan dari pehaman terhadap Al-Qur’an dan Al-Sunnah, itu pun sifatnya jauh berbeda dengan pemikiran bebas yang tidak bersumber pada Al- Quran dan Al Sunah.pemikiran jenis pertama tidak bebas sebebas-bebasnya malinkan masih terikat pada kedu sumber ajaran isalm tersebut. Pemikran ke dua, bahwa kebhagiaan yang hakiki dalam kehidupan di dunia ini sebenarnya terletak pada adanya ketenangan batin yang di hasilkan dari kepercayaan dan ketundukan pada Tuhan. Banyaknya  harta benda, pangkat, kedudukan dan lain sebaginya sering membawa seseorang ke dalm kehidupan yang lupa diri, dan terperosok ke lembah maksiat, jika tidak di arahkan oleh jiwa tasawuf.

Sebaliknya banyak orang yang kehidupan ekonomi, setatus sosial dan kedudukannya biasa-biasa saja, tapi kehidupannya terliaht bahagia, tenang, di sukai orang dan seterusanya yang disbabkan karena yang bersangkutan menunjukan jiwa dan sikap yang mulia ynag di hasilkan dari ketundukan dan ketakwaannya kepada Tuhan. Pemikiran jenis ketiga, bahwa dalam perjalana kehidupan manusian akan sampai pada batas-batas di mana harta benda, seperti tempat tinggal yang serba mewah, kendaraan mengkilat dan lain sebagainya tidak diperlukan lagi, yaitu pada saat usianya sudah lanjut yang ditandai dengan melemahnya fisk, kurang berfungsinya pencernaan makan, kurang berfungsinya panca indra, dan kurangnya selera terhadap berbagai kemewahan. Pada saat seperti ini manusia tidak ada jalan lain kecuali dengan lebih mendekatkan diri pada Tuhan, tempat ia harus mempertang gung jawabkan amalnya. Pemikiran jenis keempat, dalam susunan kehidupan modern yang dibanjiri oleh berbagai paham sekuler seperti materialisme (memuja materi), hedonisme (memuja kepuasan nafsu), vitalisme (memuja keperkasaan) dan sebagainya. Ssering menyeret manusia kepada kehidupan yang penuh persaingan, rakus, boros, saling menerkam dan ssebagainya.

D.           MANFAAT AKHLAK TASAWUF DALAM ISLAM

·         Untuk mencari Tuhan dan berada di dekatnya.

·         Untuk mencari Tuhan.

·         Untuk menyatukan diri dengan Tuhan.



BAB III

PENUTUP

A.            Kesimpulan

Darii berbagai  kajian yang dibahas sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa Tasawuf adalah ilmu yang mempelajari usaha membersihkan diri, berjuang memerangi hawa nafsu, mencari jalan kesucian dengan ma’rifat menuju keabadian, saling mengingatkan antara manusia, serta berpegang teguh pada janji Allah dan mengikuti syari’at Rasulullah dan mendekatkan diri dan mencapai kerido’an-Nya.

0 komentar:

Posting Komentar