Blogger news

Pages

Senin, 09 Desember 2013

analisis biaya volume laba

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang

Analisis biaya volume laba (cost volume profit analysis – CVP analysis) merupakan suatu alat yang sangat berguna untuk perencanaan dan pengambilan keputusan. Karena analisis biaya volume laba (CVP) menekankan keterkaitan antara biaya, kuantitas yang terjual, dan harga, semua informasi keuangan perusahaan terkandung di dalamnya. Analisis CVP dapat menjadi suatu alat yang bermanfaat untuk mengidentifikasi cakupan dan besarnya kesulitan ekonomi yang dihadapi suatu divisi dan membantu mencari pemecahannya.
Tujuan dari suatu perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang maksimal agar kelangsungan hidup perusahaan terus berjalan dari waktu ke waktu. Besar kecilnya laba perusahaan akan menjadi ukuran sukses tidaknya manajemen dalam mengelola perusahaan. Sedang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat laba adalah harga jual, biaya dan volume penjualan.
Dengan harga jual, volume yang dijual, serta pengklasifikasian biaya, maka analisis Cost-Volume-Profit dapat dilaksanakan dengan menggunakan elemen-elemen analisis. Elemen tersebut antara lain analisis peramalan penjualan yang terdiri atas peramalan kuantitas penjualan dan harga jual, dasar-dasar analisis cost-volume-profit yaitu analisis contribution margin, analisis operating leverage analisis break even point, dan analisis margin of safety serta analisis cost-volume-profit dalam pemanfaatannya dalam perencanaan yaitu analisis target laba dan analisis sensivitas. Selanjutnya, makalah ini akan membahas mengenai analisis biaya volume laba.

B.    Rumusan masalah
1.    Apa arti penting analisis biaya volume laba ?
2.    Apa saja asumsi-asumsi yang mendasari analisis biaya volume laba?
3.    Apa dasar analisis biaya-volume dan laba?
4.    Bagaiman analisis dari titik impas (break-even point analysis)?
5.    Bagaimana pemanfaatan analisis cost-volume profit untuk perencanaan?
6.    Apa maksud dari dengan marjin keamanan?
7.    Apa maksud dari pemilihan struktur biaya?
C.    Tujuan
1.    Untuk mengetahui arti penting analisis biaya volume laba
2.    Untuk mengetahui asumsi-asumsi yang mendasari analisis biaya volume laba
3.    Untuk mengetahui dasar analisis biaya-volume dan laba
4.    Untuk mengetahui analisis titik impas (break-even point analysis)
5.    Untuk mengetahui pemanfaatan analisis cost-volume profit untuk perencanaan
6.    Untuk mengetahui maksud dari marjin keamanan
7.    Untuk mengetahui maksud dari pemilihan struktur biaya

    BAB II
PEMBAHASAN

A.    Arti Penting Analisis Biaya Volume Laba
Dalam mengambil keputusan-keputusan bisnis, manajemen menaruh perhatian besar pada peluang-peluang laba dari serangkaian alternative tindakan yang dihadapinya. menyangkut alternatif tindakan yang melibatkan perubahan tingkat kegiatan usaha, laba tidaklah selalu berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan usaha. Hal ini diakibatkan oleh pola perilaku biaya. Konsekuensinya kalangan manajer perlu menyadari bahwa evaluasi-evaluasi yang lebih cermat dapat dilakukan terhadap peluang-peluang laba dengan cara mempelajari hubungan-hubungan di antara biaya, volume penjualan, dan laba. Kajian-kajian terhadap faktor –faktor tersebut seyogyanya akan membuahkan keputusan-keputusan yang lebih sehat.
Analisis biaya volume laba merupakan instrumen perencanaan dan pengendaliaan. Proses analisis ini memerlukan sejumlah teknik dan prosedur pemecahan masalah dengan bertumpukan pada pemahaman terhadap pola-pola perilaku biaya perusahaan. Analisis biaya volume laba (cost-volume-profit analysis) adalah analisis pola-pola prilaku biaya yang mendsari hubungan-hubungan antara biaya,volume, dan laba. Analisi biaya-volume-laba kerap pula disebut analisis impas (break-even analysis) karena signifikansiume mengacu pada sebuah pemicu biaya aktivitas, seperti unit penjualan, yang diasumsikan berkorelasi dengan perubahan-perubahan pendapatan, biaya, dan laba. Analisis biaya-volume-laba merupakan persoalan yang kompleks karena hubungan-hubungan tersebut kerap dipengaruhi oleh faktor-faktor yang seluruhnya atau sebagian diluar kendali manajemen. Sebagai contoh, harga jual sebuah produk dipengaruhi tidak hanya oleh biaya produksi saja, yang biasanya berada dibawah kendali manajemen, tetapi juga oleh perubahan-perubahan trend perilaku konsumen dan tindakan-tindakan pesaing yang umumnya diluar wilayah kendali manajemen.  
B.    Asumsi-asumsi Yang Mendasari Analisis Biaya Volume Laba
Ketidakpastian masa depan, kemungkinan pola-pola prilaku biaya nonlinier, dan sifat dunia bisnis yang senantiasa bergejolak menuntut asumsi-asumsi yang membatasi aplikasi teknik analisi biaya-volume-laba. Keterbatasa-keterbatasan analisis biaya-volume-laba ini sepatutnya dievaluasi secara cermat dalam rangka memasikan bahwa asumsi-asumsinya realistik untuk seperangkat kondisi operasi dunia nyata.
Analisi biaya-volume-laba merupakan suatu model statik dari kondisi-kondisi bisnis kendatipun kondisi-kondisi yang sama didunia nyata sangatlah dinamik. Oleh karena itu, manajemen mestilah merevisi fakta-fakta yang terdapat dalam analisis CVP-nya manakala terjadi perubahan kondisi bisnis yang tengah dipertimbangkan.
Analisis biaya-volume-biaya tergantung pada sejumlah asumsi yang membatasi. Asumsi-asumsi tersebut diantaranya :
1.    Semua biaya dklasifikasikan sebagai biaya variable ataupun biaya tetap. Lebih jauh dianggap bahwa biaya-biaya lainya, seperti biaya campuran, dapat dipilah-pilah menjadi unsur-unsur biaya variabel dan tetap. Jumlah biaya tetap sifatnya konstan pada saat aktivitas berubah, dan biaya variabel per unit itidak berganti ketika aktivitas berubah. Efisiensi dan produktivitas proses produktif serta tenaga kerja dianggap konstan pula.
2.    Fungsi jumlah biaya adalah linier dalam kisaran relavan. Asumsi ini sahih dalam kisaran relavan kegiatan usaha normal.
3.    Fungsi jumlah kegiatan pendapatan adalah linier dalam kisaran relavan. Harga jual perrunit dianggap konstan dalam kisaran volume produksi. Hal ini menyiratkan pasar yang murni kompetitif untuk produk atau jasa akhir. Jumlah pendapatan berubah sebanding dengan perubaha volume penjualan unit produk. Harga jual rata-rata perrunit produk adalah konstan.
4.    Analisisnya untuk sebuah produk atau bauran penjualan dari bermacam-macam produk adalah konstan dalam kisaran relavan . apabila produk-produk mempunyai harga jual dan biaya yang berbeda-beda, perubahan bauran penjualan akan mempengaruhi hasil-hasil analisis biaya-volume-laba.
5.    Hanya terdapat satu pemicu biaya : volume unit produk atau rupiah penjualan
6.    Dalam perusahaan pabrikasi, tingkat persediaan pada awal dan akhir periode adalah sama. Hal ini menyiratkaan bahwa jumlah unit yang diproduksi selama periode berjalan sama dengan unit yang dijual.

C.    Dasar analisis biaya-volume dan laba
Biaya-volume-laba atau analisis titik impas (cost-volume-profit or breakeven analysis) membahas hubungan antara penerimaan total, biaya total, dan laba total perusahaan pada berbagai tingkat output. Biaya-volume-laba atau analisis titik impas sering digunakan para eksekutif bisnis untuk menentukan volume penjualan yang diperlukan bagi perusahaan untuk mencapai titik impas, laba total dan kerugian pada tingkat penjualan lainnya.
Pengetahuan dasar yang sangat menentukan dalam analisis biaya volume dan laba adalah pemahaman tentang penyusunan laporan laba rugi dengan menggunakan pendekatan variable costing. Pendekatan ini menghasilkan suatu model laporan laba rugi dimana biaya diklasifikasikan menurut perilakunya. Agar lebih informatif maka sebaiknya laporan laba rugi diuraikan dalm bentuk laporan penjualan secara total, penjualan per unit, dan analisis vertikal yang menunjukan persentase biaya variabel dan marjin kontribusi dan nilai penjualan.
Misalnya pada bulan Juni 2013 PT Jakasain menjual 150 unit produknya dengan harga Rp. 3.500 per unit. Biaya variabel per unit Rp. 2.625. biaya tetap Rp. 75.000.  Berdasarkan data ini maka terlebih dahulu dapat dibuat laporan laba rugi berdasarkan pendekatan kontribusi, seperti pada ikhtisar berikut ini.
PT JAKSAIN
Laporan Laba Rugi Kontribusi
Bulan Juni 2013
    Total        Per unit        %
Penjualan (150 unit)    Rp525.000         Rp3.500         100
Biaya biaya variabel    Rp393.750         Rp2.625         75
Marjin kontribusi    Rp131.250         Rp875         25
Biaya-biaya tetap    Rp75.000                
Laba usaha    Rp56.250                

Dengan menggunakan formula:





Marjin kontribusi Rp 875 dibagi dengan penjualan Rp 3.500 dari laporan laba rugi diatas dapat dihitung rasio marjin kontribusi per unit sebesar 25 % (Rp 875/Rp 3.500) % atau sama dengan total rasio marjin kontribusi (Rp 131.250/Rp 525.000) %
Marjin kontribusi memegang peranan penting pada banyak keputusan dalam sebuah perusahaan, seperti produk apa yang akan diproduksi atau dijual, kebijakan harga mana yang akan diikuti, strategi pemasaran apa yang akan digunakan, dan jenis fasilitas produktif apa yang akan dibeli. Hubungan konsep biaya-volume dan laba dalam perencanaan laba dapat digunakan untuk menghitung titik impas, target laba, marjin keamanan, komposisi biaya untuk memaksimumkan marjin kontribusi, dan atau titik penutupan usaha. 

D.    Analisis Titik Impas (Break-even point analysis)
Titik impas merupakan tingkat aktivitas dimana suatu organisasi tidak mendapatkan laba dan juga tidak mendapatkan rugi. Titik impas juga dapat didefinisikan sebagai titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya atau sebagai titik dimana total marjin kontribusi sama dengan total biaya tetap. Tujuan analisis titik impas adalah untuk mencari tingkat aktivitas dimana pendapatan dan hasil penjualan sama dengan jumlah semua biaya variabel dan biaya tetapnya. Perusahaan tidak mendulang untung ketika hanya mencapai titik impas. Oleh karena itu hanya penjualan,biaya variabel, dan biaya tetap saja yang dipakai untuk menghitung titik impas. Titik impas normalnya bukan merupakan sasaran kinerja yang diharapkan, namun titik impas ini dapat mengindikasikan tingkat penjualan yang disyariatkan agar perusahaan terhindar dari kerugian. Dengan demikian, titik impas menunjukan suatu sasaran volume penjualan minimal yang harus diraih oleh perusahaan. Mengetahui titik mpas terutama penting ketika sebuah perusahaan memperkenalkan sebuah produk baru atau memasuki pasar baru. Dalam kedua kondisi tersebut, perusahaan mastilha mengawasi secara hati-hati potensi penjualan dan membandingkanya dengan titik impas.
Titik impas ini selanjutnya dapat dihitung dengan menggunakan metode persamaan, metode marjin kontribusi, dan metode grafik, baik dalam hitungan unit penjualan maupun penjualan dalam satuan mata uang tertentu yang digunakan dalam transaksi bisnis.
    Metode persamaan. Titik impas dengan metode ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus:



Dari kasus diatas misalkan:
x     = jumlah speaker terjual
3.500     = harga jual per unit
2.625     = biaya variabel per unit
75.000    = total biaya tetap

Karena laba pada titik impas sama dengan nol maka faktor laba dalam persamaan tersebut dapat diabaikan. Dengan demikian titik impas dalam unit dapat dihitung sebagai berikut:
3.500x         = 2625x + 75.000 + 0
3.500x – 2.625x    = 75.000 + 0
875x             = 75.000 + 0
x             = 75.000/875
x             = 85,71 unit

dengan cara sederhana titik impas dalam rupiah selanjutnya dapat dihitung dengan mengalikan 85,71 unit (impas dalam unit) dengan Rp. 3.500 (harga jual per unit produk) = Rp. 300.000. namun apabila data tidak tersedia untuk menggunakan cara tersebut maka dengan menggunakan data dari kasus di atas titik impas dalam rupiah dapat dihitung dengan prosedur sebagai berikut:
x     = 0,75x + Rp. 75.000 + Rp. 0
0,25x     = Rp. 75.000
x     = Rp. 75.000/0,25
x     = Rp. 300.000

    Metode Marjin Kontribusi. Metode ini merupakan penyingkatan dari formula metode persamaan dalam menghitung titik impas. Langkah awal dalam melihat hubungan antara biaya volume dan laba suatu perusahaan adalah dengan mengerti dan melihat besarnya marjin kontribusi yang diperoleh suatu perusahaan pada berbagai tingkat kegiatan. Pada setiap kegiatan perusahaan akan memiliki kemampuan menghasilkan marjin kontribusi yang berbeda-beda. Besarnya marjin kontribusi per unit yang dapat diperoleh suatu perusahaan akan menentukan kecepatan perusahaan tersebut menutup biaya tetapnya dan kemampuannya menghasilkan laba.  Margin kontribusi digunakan dulu untuk menutup beban tetap dan sisanya akan menjadi laba. Jika margin kontribusi tidak cukup untuk menutup beban tetap perusahaan, maka akan terjadi kerugian untuk periode tersebut. Ketika titik impas dicapai, laba bersih akan bertambah sesuai dengan margin kontribusi per unit untuk setiap tambahan produk yang terjual. Untuk memperkirakan pengaruh kenaikan penjaulan yang direncanakan terhadap biaya, manajer cukup mengalikan peningkatan dalam unit yang terjual dengan margin kontribusi yang per unit. Hasilnya akan menggambarkan peningkatan laba yang diharapkan. Hal itu terlihat pada formula dibawah ini yang angkanya sama dengan baris kedua dari terakhir pada penyelesaikan dengan metode persamaan diatas.



Sehingga impas dalam unit     = 75.000/875
                = 85,71 unit, dan
Impas dalam Rp        = 75.000/25%
                = Rp. 300.000

Dalam perhitungan formula diatas perlu diperhatikan bahwa rasio marjin kontribusi per unit produk akan selalu sama dengan rasio marjin kontribusi dari total unit penjualan. Kesamaan tersebut disebabkan perhitungan marjin kontribusi dan rasionya hanya mempertimbangkan biaya-biaya variabel. Dengan demikian perubahan unit penjualan akan diikuti oleh kenaikan total pejualan, biaya variabel, dan marjin kontribusi secara proposional. Karena kenaikan penjualan tidak akan diikuti oleh kenaikan atau perubahan rasio marjin kontribusi.
Sebagai contoh dapat dilihat bahwa pada volume penjualan 1 unit @Rp 3.500 dan biaya variabel per unit Rp 2.625, marjin kontribusinya = Rp 875 per unit. Dari marjin kontribusi tersebut rasionya menjadi (875/3.500)% = 25%. Tingkat rasio marjin kontribusi yang sama akan diperoleh pada saat volume penjualan berubah menjadi 150 unit dimana total penjualan menjadi Rp 525.000. kenaikan nilai penjualan ini akan diikuti kenaikan biaya variabel dalam presentasi yang sama menjadi Rp 393.750 sehingga marjin kontribusi untuk 150 unit penjualan akan menjadi (131.250/525.000)% atau sama juga dengan 25% seperti marjin kontribusi untuk penjualan 1 unit.
 Demikian perubahan ini akan valid perhitungannya pada berbagai level perubahan unit penjualan sepanjang pada kedua alternatif jumlah unit penjualan tidak diikuti oleh peruahan struktur biaya dan harga jual dalam satuan uang yang digunakan.
Metode grafik. Selain menggunakan dua pendekatan diatas analisis impas juga dapat dibuat dengan menggunakan grafik. Grafik tersebut dapat dibuat dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.    Buat garis horizontal (x) untuk menunjukan jumlah unit produk dan sebuah garis vertikal (y) untuk menunjukan nilai penjualan dan biaya.
2.    Tarik sebuah garis lurus ke kanan atas dengan kemiringan 45 yang ditarik dari titik 0 perpotongan garis x dan garis y sebagai garis penjualan.
3.    Buat garis horizontal untuk menujukan jumlah biaya tetap pada berbagai level unit penjualan.
4.    Buat garis untuk menunjukan jumlah biaya pada berbagai level unit penjualan yang ditarik dari perpotongan garis y dengan garis biaya tetap. Daerah yang berada di antara garis ini dengan garis biaya tetapdi bawahnya menunjukan kisaran biaya variabel.
5.    Buat titik impas pada perpotongan garis penjualan dan garis total biaya. Tarik garis ke kiri untuk menunjukan jumlah penjualan dalam satuan uang dan tarik garis vertikal ke bawah untuk menunjukan titik impas dalam unit penjualan.
6.    Arsir tiga disebelah kanan grafik sebagai daerah laba dan sebaliknya arsir daerah segitiga di sebelah kiri bawah titik impas sebagai daerah rugi. Daerah arsiran ini menunjukan bahwa penjualan yang lebih kecil dari titik impas akan menimbulkan rugi dan sebaliknya penjualan yang lebih besar akan memberikan laba.




















E.    Pemanfaatan Analisis Cost-Volume Profit untuk Perencanaan
1.    Analisis target laba
Analisis target laba dalam aplikasi hubungan biaya volume dan laba pada dasarnya sama dengan analisis titik impas. Perbedaannya hanya terletak pada jumlah laba yang diperhitungkan dalam formulanya. Dalam perhitungan titik impas target laba sama dengan nol, sementara dalam analisis target laba seperti yang dimaksudkan di atas jumlah laba yang diperhitungkan dalam formulanya disesuaikan dengan jumlah laba yang diinginkan, biasanya lebih besar dari pada nol.
Misalkan dari komposisi biaya dan penjualan dari laporan laba rugi di atas, perusahaan menginginkan laba Rp. 100.000 maka dengan menggunakan formula metode persamaan selanjutnya target penjualan untuk mendapatkan laba dimaksud dapat dihitung sebagai berikut:
Misalkan:
x         = jumlah unit terjual
3.500         = harga jual per unit
2.625         = biaya variabel per unit
75.000     = total biaya tetap
100.000     = laba bersih yang diinginkan
Metode persamaan: penjualan + baiya tetap + laba
Sehingga penjualan dalam unit menjadi:
3.500x         = 2.625x + 75.000 + 100.000
3.500x – 2.625x    = 75.000 + 100.000
875x             = 175.000
x             = 175.000/875
Unit penjualan (x)     = 200 unit
Atau penjualan dalam rupiah:
x             = 0,75x + Rp. 75.000 + Rp. 100.000
0,25x             = Rp. 75.000 + Rp. 100.000
x            = Rp. 175.000/0,25
x             = Rp. 187.500
200 unit x Rp. 3.500     = Rp. 700.000
Metode marjin kontribusi:
Penujualan dalam unit        = (biaya tetap + target laba)/CM per unit
                = (75.000 + 100.000)/875
                = 175.000/875
                = 200 unit
Penjualan dalam Rp        = (biaya tetap + target laba)/rasio marjin kontribusi
                = (75.000 + 100.000)/25%
                = 175.000/25%
                = Rp 700.000

    Impas dalam satuan waktu. Bagi sebuah perusahaan yang baru beroperasi titik impas ini tidak selalu dapat dicapai dalam waktu yang singkat, misalnya setahun.  Industri-industri berat biasanya mencapai titik impas setelah beberapa tahun beroperasi. Proyeksi pencapaian titik impas dalam satuan waktu ini dapat dihitung dengan formula-formula di atas. Hasil perhitungannya dapat dihubungkan dengan biaya, volume dan laba tahunan.  Misalnya sebuah perusahaan diperkirakan akan mencapai titik impas setelah menjual 300 unit produksi traktor mini. Bila dalam setahun diproduksi rata-rata 100 unit traktor maka titik impas akan dicapai setelah genap beroperasi selama tiga tahun atau 300 traktor impas dalam unit/100 traktor produksi pertahun x 1 tahun = 3 tahun.

2.    Analisis Sensivitas
Salah satu aspek penting dalam analisis cost-volume-profit ini bahwa adanya perubahan dalam satu faktor atau lebih yang mempengaruhi analisis, dapat diadakan penilaain atau evaluasi. Aspek ini sangat penting bagi manajemen dalam proses penyusunan atau perencanaan anggarn, karena hal ini memungkinkan diadakan testing untuk menentukan akibat adanya perubahan faktor atau mempertimbangkan berbagai alternatif. Metode yang digunakan adalah laporan laba rugi komparatif.

F.    Marjin keamanan
     Marjin keamanan (margin of safety) merupakan kelebihan penjualan yang dianggarkan atau realisasi di atas volume penjualan pada titik impas. Hasil perhitungannya menunjukan jumlah sampai seberapa besar penjualan dapat turun sehingga sampai pada titik impas. Perhitungannya dapat dinyatakan dalam unit, satuan uang dan presentase. Perhitungan ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi manajemen agar lebih berhati-hati dalam memelihara tingkat penjualan yang sudah di capai, agar perusahaan tidak mengalami penurunan penjualan sampai pada suatu tingkat yang merugikan.
    Dikasus diatas, misalnya PT SMR menjual 150 unit @Rp. 3.500 dengan titik impasnya 85,71 unit. Dengan menggunakan formula:


Dimana:
Total Penjualan : jumlah penjualan yang telah didapat oleh perusahaan dalam periode tertentu
Penjualan impas : jumlah penjualan yang harus tercapai dimana dalam kondisi ini perusahaan tidak mengalami untung maupun rugi.

Contoh:
Sebuah perusahaan X berproduksi dengan biaya tetap Rp.75.000, biaya variabel per unit Rp 2.652 harga jual per unit Rp 3.500 kapasitas produksi maksimal 150 unit dan kenaikan laba yang direncanakan sebesar 20% maka margin pengamanan penjualannya sebesar:
MOS = (3.500 x 150) – ( Rp 300.000)
= Rp 525.000 – Rp 300.000
= Rp 225.000

    Dengan mengetahui titik marjin keamanan tersebut maka manajemen dapat merumuskan berbagai strategi, taktik, dan langkah-langkah operasional untuk bertahan agar penjualan tidak mengalami abrasi sampai melebihi angka marjin keamanan. Dalam rangka penerapan fungsi-fungsi manajemen pendekatan analisis hubungan biaya, volume dan laba termasuk perhitungan seperti ini akan memberikan isyarat kepada manajemen mengenai apa yang sedang terjadi dalam pencapaian tujuan atau perolehan laba perusahaan.

G.    Pemilihan struktur biaya
    Leverage operasi. Agar dapat memepertahankan stabilitas labanya, perusahaan memerlukan analisis struktur biaya. Untuk itu diantaranya perlu dipertimbangkan faktor-faktor operating leverage, struktur komisi penjualan, dan bauran penjualan. Leverage operasi adalah suatu ukuran suatu ukuran kemampuan manajemen memanfaatkan biaya tetap dalam suatu organisasi agar mencapai tingkat laba tertentu. Faktor leverage operasi mempengaruhi sensitivitas laba bersih terhadap perubahan penjualan.  Semakin tinggi biaya tetap, maka semakin tinggi operating leverage yang dicapai dan semakin besar pula sensivitas laba bersih terhadap perubahan penjualan. Jika sebuah perusahaan mempunyai operating of leverage tinggi, maka sedikit saja peningkatan dalam penjualan dapat menghasilkan peningkatan persentase yang besar dalam laba. Sebaliknya jika perusahaan mempunyai operating leverage rendah, maka pengaruh peningkatan dalam penjualan terhadap peningkatan laba bersih adalah rendah.



Dengan pendekatan tingkat leverage operasi tersebut selanjutnya manajemen dapat membuat proyeksi peningkatan laba dengan menggunakan formula:




% kenaikan laba bersih = tingkat leverage operasi x % kenaikan penjualan


Memaksimalkan marjin kontribusi. Misalnya sebuah perusahaan mendapat penawaran berupa dua pekerjaan yang sama-sama menarik. Salah satunya mendapat pembayaran Rp 20.000 per jam dan yang lainnya Rp 30.000 per jam. Bila tidak mendapatkan kendala kapasitas dan ingin memaksimumkan laba per jam, tentu saja secara alamiah akan memilih pekerjaan dengan pembayaran Rp30.000 per jam. Tetapi bila terdapat kendala sumber daya seperti bahan baku, tenaga kerja, atau jam mesin, maka manajemen harus menggunakan sumber daya tersebut dengan cara yang optimum untuk memaksimalkan laba.


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Analisis biaya volume laba (cost-volume-profit analysis) adalah analisis pola-pola prilaku biaya yang mendsari hubungan-hubungan antara biaya,volume, dan laba. Analisi biaya-volume-laba kerap pula disebut analisis impas (break-even analysis) karena signifikansiume mengacu pada sebuah pemicu biaya aktivitas, seperti unit penjualan, yang diasumsikan berkorelasi dengan perubahan-perubahan pendapatan, biaya, dan laba. Analisis biaya-volume-laba merupakan persoalan yang kompleks karena hubungan-hubungan tersebut kerap dipengaruhi oleh faktor-faktor yang seluruhnya atau sebagian diluar kendali manajemen.
Titik impas merupakan tingkat aktivitas dimana suatu organisasi tidak mendapatkan laba dan juga tidak mendapatkan rugi. Titik impas juga dapat didefinisikan sebagai titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya atau sebagai titik dimana total marjin kontribusi sama dengan total biaya tetap. Titik impas ini selanjutnya dapat dihitung dengan menggunakan metode persamaan, metode marjin kontribusi, dan metode grafik, baik dalam hitungan unit penjualan maupun penjualan dalam satuan mata uang tertentu yang digunakan dalam transaksi bisnis. Dalam perencanaan analisis biaya volume laba dapat dimanfaatkan dengan menggunakan 2 cara yaitu, analisis target laba dan analisis sensitivitas.
Dengan mengetahui titik marjin keamanan tersebut maka manajemen dapat merumuskan berbagai strategi, taktik, dan langkah-langkah operasional untuk bertahan agar penjualan tidak mengalami abrasi sampai melebihi angka marjin keamanan. Dalam rangka penerapan fungsi-fungsi manajemen pendekatan analisis hubungan biaya, volume dan laba termasuk perhitungan seperti ini akan memberikan isyarat kepada manajemen mengenai apa yang sedang terjadi dalam pencapaian tujuan atau perolehan laba perusahaan.

0 komentar:

Posting Komentar