Blogger news

Pages

persahabatan

sahabat adalah satu jiwa dalam dua tubuh. seperti oksigen dalam air (H2O), seperti hemoglobin dalam darah. banyak mantan pacar tapi tidak ada mantan sahabat.

Perjuangan

Jangan pernah menyerah jika kamu masih ingin mencoba. Jangan biarkan penyesalan datang karena kamu selangkah lagi tuk menang.(RA Kartini)

untukmu

Banyak hal yang bisa menjatuhkanmu. Tapi satu-satunya hal yang benar-benar dapat menjatuhkanmu adalah sikapmu sendiri.

perjuangan

Cobalah dulu, baru cerita. Pahamilah dulu, baru menjawab. Pikirlah dulu, baru berkata. Dengarlah dulu, baru beri penilaian. Bekerjalah dulu, baru berharap.

Llove

Love is more kinds, but what is very safe and a eternal is love which come from the door of sweetheart.

Rabu, 02 Oktober 2013

auditing 1

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, auditor mengumpulkan bukti audit. Dan bukti bahwa audit telah dilaksanakan sesuai dengan standar-standar auditing yang diterima umum di tampilkan dalam kertas kerja.
Dalam melaksanakan suatu audit atau pemeriksaan, selalu diperlukan keterangan dalam bentuk yang dapat dibuktikan dan standar-standar atau kriteria yang dapat dipakai oleh auditor sebagai pegangan untuk mengevaluasi keterangan tersebut. Audit dilaksanakan oleh pihak yang kompeten, objektif, dan tidak memihak, yang disebut auditor. Tujuannya adalah untuk melakukan verifikasi bahwa subjek dari audit telah diselesaikan atau berjalan sesuai dengan standar, regulasi, dan praktik yang telah disetujui dan diterima.
Kertas kerja merupakan alat penting dalam profesi akuntan publik. Dalam proses auditnya, auditor harus mengkumpulkan atau membuat berbagai tipe bukti. Untuk mendukung simpulan dan pendapatnya atas laporan keuangan auditan. Untuk kepentingan pengumpulan dan pembuata bukti itulah auditor membuat kertas kerja. Kertas kerja merupakan pekerjaan yang penting dalam pemeriksaan akuntan. Sebagian besar informasi yang disediakan oleh klien untuk auditor merupakan informasi yang bersifat rahasia. Karenanya auditor harus memberikan jaminan pada kerahasiaan informasi yang diberikan klien.
Untuk lebih jelasnya penulis telah menyiapkan penjelasan yang lebih rinci pada bab selanjutnya. Di dalam makalah ini, penulis mencoba menjelaskan lebih dalam lagi mengenai bukti audit dan kertas kerja. Penulis menguraikan antara lain pengertian, tujuan, tipe, penggolongan, isi dan yang lainnya.




B.    Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dengan bukti auditing?
2.    Apa yang dimaksud dengan kertas kerja?

C.    Tujuan
Dalam penulisan makalah ini, penulis mempunyai beberapa tujuan diantaranya yaitu:
1.    Untuk mengetahui lebih dalam tentang bukti audit
2.    Untuk mengetahui keseluruhan tentang kertas kerja


BAB II
PEMBAHASAN

A.    BUKTI AUDIT
    Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapatnya. Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari: data akuntansi dan semua informasi penguat (corroborating information) yang tersedia bagi auditor.
    Bukti audit berfokus pada upaya auditor dalam memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industri, sasaran dan tujuan manajemen, bagaiman manajemen menggunakan sumber dayanya untuk mencapai sasaran, keunggulan kompetitif organisasi di pasaran, proses bisnis inti, serta laba dan arus kas yang dihasilkan.
    Mulyadi mendefinisikan bukti audit sebagai Segala informasi yang mendukung angka–angka atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya. Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua informasi penguat (corroborating information) yang tersedia bagi auditor.
    Dari beberapa pengertian bukti audit di atas, dapat kita ketahui bahwasannya bukti audit cenderung berisi informasi yang berkaitan dengan angka-angka atau informasi lainnya yang mendukung data dalam penyajian laporan keuangan yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapatnya. (Asih Nurhidayati, 2013)

Konsep dasar bukti audit
Tujuan pengumpulan dan evaluasi bukti audit adalah untuk memperoleh dan informasi yang akan dipakai sebagai landasan untuk menyimpulkan apakah laporan keuangan entitas disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Tujuan auditor bukanlah untuk “membuktikan” bahwa laporan keuangan entitas disajikan secara wajar, namun untuk membuat keputusan yang beralasan berdasarkan evaluasi yang tidak memihak terhadap bukti yang dikumpulkannya. Bahan buktilah yang dipakai untuk menguatkan atau mneyangkal suatu asersi. Terdapat beberapa konsep yang berkaitan dengan bukti audit:
1.    Sifat bahan bukti
2.    Kompetensi bahan bukti
3.    Kecukupan bahan bukti
4.    Evaluasi bahan bukti

Data akuntansi
        Salah satu tipe bukti audit adalah data akuntansi. Jurnal, buku besar, dan buku pembantu, serta buku pedoman akuntansi, memorandum, dan catatan tidak resmi, seperti daftar lembaran kerja yang mendukung alokasi biaya, perhitungan, dan relokasi secara keseluruhan merupakan bukti yang mendukung laporan keuangan.
    Data akuntansi:
1.    Buku pedoman akuntansi yang berhubungan
2.    Buku jurnal
3.    Buku besar dan buku pembantu
4.    Laporan keuangan
    Auditor menguji data akuntansi yang mendasari laporan keuangan dengan jalan:
1.    Menganalisis dan me-review
2.    Menelusuri kembali langkah-langkah prosedur yang diikuti dalam proses akuntansi dan dalam proses pembuatan lembar kerja dan alokasi yang bersangkutan
3.    Menghitung kembali dan melakukan rekonsiliasi jumlah-jumlah yang berhubungan dengan penerapan informasi yang sama.
Informasi Penguat
    Tipe bukti audit lain yang dikumpulkan oleh auditor sebagai dasar pernyataan pendapatnya atas laporan keuangan adalah informasi penguat. Informasi penguat meliputi segala dokumen seperti cek, faktur, surat kontrak, notulen rapat, konfirmasi, dan pernyataan tertulis dari pihak yang mengetahui informasi lain yang dikembangkan oleh atau tersedia bagi auditor yang memungkinkannya untuk menarik kesimpulan berdasarkan alasan yang kuat.
    Informasi pendukung:
1.    Dokumen-dokumen
2.    Konfirmasi dan pernyataan-pernyataan tertulis lain
3.    Info yang diperoleh dari wawancara, observasi, inspeksi dan pengujian phisik
4.    Informasi lain yang diperoleh dan dikembangkan sendiri oleh auditor

Cukup Atau Tidaknya Bukti Audit
    Faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor dalam menentukan cukup atau tidaknya bukti audit adalah:
a.    Materialitas dan risiko
    Secara umum, untuk akun yang saldonya besar dalam laporan keuangan diperlukan jumlah bukti audit yang banyak bila dibandingkan dengan akun yang bersaldo tidak material. Dengan demikian, jumlah bukti audit yang dikumpulkan oleh auditor dalam memeriksa sediaan di perusahaan manufaktur akan lebih banyak bila dibandingkan dengan bukti audit yang dikumpulkan oleh auditor dalam pemeriksaan terhadap surat berharga.
    Untuk akun yang memiliki kemungkinan tinggi untuk disajikan salah dalam laporan keuangan, jumlah bukti audit yang dikumpulkan oleh auditor umumnya lebih banyak bila dibandingkan dengan akun yang memiliki kemungkinan kecil untuk salah disajikan dalam laporan keuangan. Karena penyajiaan sediaan dalam neraca memerlukan penentuan data kuatitas sediaan dan nilai pada tanggal neraca, risiko salah saji sediaan dalam neraca lebih tinggi bila dibandingkan dengan risiko salah saji tanah.
b.    Faktor ekonomi
    Pengumpulan bukti audit yang dilakukan oleh auditor dibatasi oleh dua faktor, yaitu waktu dan biaya. Auditor harus mempertimbangkan faktor ekonomi di dalam menentukan jumlah dan kompetensi bukti audit yang dikumpulkan. Jika dengan memeriksa jumlah bukti yang lebih sedikit dapat diperoleh keyakinan yang sama tingginya dengan pemeriksaan terhadap keseluruhan bukti, auditor memilih untuk memeriksa jumlah bukti yang lebih sedikit berdasarkan pertimbangan ekonomi: biaya dan manfaat.
c.    Ukuran dan karakteristik populasi
    Dalam pemeriksaan atas unsur-unsur tertentu laporan keuangan, auditor seringkali menggunakan sampling audit. Dalam sampling audit, auditor memilih secara acak sebagian anggota populasi untuk diperiksa karakteristiknya. Umumnya, semakin besar populasi, semakin banyak jumlah bukti audit yang diperiksa oleh auditor.
    Karakteristik populasi ditentukan oleh homogenitas anggota populasi. Jika auditor menghadapi populasi dengan anggota yang homogen, jumlah bukti audit yang dipilih dari populasi tersebut lebih kecil bila dibandingkan dengan populasi yang beranggotakan hiterogen.

Kompetensi Bukti Audit
•    Kompetensi data akuntansi
Keandalan catatan akuntansi dipengaruhi secara langsung oleh efektivitas pengendalian intern. Pengendalian intern yang kuat menyebabkan keandalan catatan akuntansi dan bukti-bukti lainnya yang dibuat dalam organisasi klien. Sebaliknya, pengendalian klien yang lemah seringkali tidak dapat mencegah atau mendeteksi kekeliruan dan ketidakberesan yang terjadi dalam proses akuntansi.



•    Kompetensi Informasi Penguat
Kompetensi informasi penguat dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini, antara lain:
a.    Relevansi
Fakta relevansi berarti bahwa bukti audit harus berkaitan dengan tujuan audit. Jika tujuan audit adalah untuk menentukan eksistensi sediaan yang dicantumkan oleh klien dalam neraca, auditor harus memperoleh bukti dengan melakukan pengamatan terhadap penghitungan fisik sediaan yang dilaksanakan oleh klien. Namun, tujuan audit tersebut tidak akan relevan dengan tujuan audit yang lain, seperti untuk menentukan kepemilikan (asersi hak dan kewajiban) serta asersi penilaian (asersi penilaian atau alokasi) sediaan.
b.    Sumber
Bukti audit yang berasal dari sumber di luar organisasi klien pada umumnya merupakan bukti yang tingkat kompetensi dianggap tinggi. Dalam audit, auditor dapat memperoleh informasi secara langsung dengan cara pemeriksaan tangan pertama, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan sendiri oleh auditor tersebut. Auditor juga melakukan pemeriksaan secara tidak langsung, yaitu dengan mengumpulkan informasi tangan kedua. Bukti audit yang diperoleh dari cara pertama relatif lebih tinggi tingkat kompetensinya bila dibandingkan dengan bukti audit yang dikumpulan dengan tangan kedua.
c.    Ketepatan waktu
Ketepatan waktu berkaitan dengan tanggal berlakunya bukti yang diperoleh auditor. Ketepatan waktu memperoleh bukti audit sangat penting dalam memverifikasi aktiva lancar, utang lancar, dan saldo akun laba-rugi yang bersangkutan.
d.    Objektivitas
Bukti yang bersifat objektif umumnya dianggap lebih andal dibandingkan dengan bukti yang bersifat subjektif. Dalam menghadapi bukti yang bersifat subjektif ini, auditor harus:
1.    Mempertimbangkan kompetensi dan intregitas karyawan yang diberi wewenang untuk melakukan estimas
2.    Menilai apakah orises pengambilan keputusan yang semestinya telah diikuti oleh klien dalam mempertimbangkan estimasi tersebut.

Tipe Bukti Audit
    Tipe bukti audit dapat dikelompokan menjadi dua golongan berikut ini:
•    Tipe data akuntansi
1)    Pengendalian intern
Pengendalian intern yang dibentuk dalam setiap kegiatan perusahaan dapat digunakan untuk mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Kesalahan yang timbul akan segera dan secara otomatis dapat diketahui dengan adanya pengecekan silang. (cross check) dan cara-cara pembuktian (proof) yang dibentuk di dalamnya.
Kuat atau lemahnya pengendalian intern merupakan faktor utama yang menentukan jumlah bukti audit yang harus dikumpulkan oleh auditor dari berbagai sumber bukti. Semakin kuat pengendalian intern, semakin sedikit bukti audit yang harus dikumpulkan sebagai dasar pernyataan pendapat auditor.
2)    Catatan akuntansi
Jurnal, buku besar dan buku pembantu merupakan catatan akuntansi yang digunakan oleh klien untuk mengolah transaksi keuangan guna menghasilkan laporan keuangan.
Keandalan catatan akuntansi sebagai bukti audit tergantung pada pengendalian intern yang diterapkan dalam penyelenggaraan catatan akuntansi tersebut.

•    Tipe Informasi Penguat
1)    Bukti fisik
Bukti fisik adalah bukti audit yang diperoleh dengan cara inspeksi atau perhitungan aktiva berwujud. Tipe bukti ini pada umumnya dikumpulkan oleh auditor dalam pemeriksaan terhadap sediaan dan kas.
Pada umumnya pemeriksaan fisik aktiva merupakan cara objektif untuk menentukan hak kepemilikan terhadap aktiva yang bersangkutan
2)    Bukti dokumenter
Tipe bukti audit yang paling penting bagi auditor adalah bukti dokumenter. Tipe bukti audit ini dibuat dari kertas bertuliskan huruf dan atau angka atau simbol-simbol yang lain. Menurut sumbernya, bukti dokumenter dapat dibagi menjadi tiga golongan:
a)    Bukti dokumenter  yang dibuat oleh pihak oleh pihak luar yang bebas yang dikirimkan langsung kepada auditor.
b)    Bukti dokumenter yang dibuat pihak luar yang bebas yang disimpan dalam arsip klien.
c)    Bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien.
3)    Perhitungan Sebagai Bukti
Perhitungan yang dilakukan sendiri oleh auditor untuk membuktikan ketelitian perhitungan yang terdapat dalam catatan klien merupakan salah satu bukti audit yang bersifat kuantitatif.
4)    Bukti lisan
Dalam melaksanakan audit, auditor tidak berhubungan dengan angka, namun berhubungan dengan orang. Oleh karena itu, dalam rangka mengumpulkan bukti audit, auditor banyak meminta keterangan secara lisan. Permintaan keterangan secara lisan oleh auditor kepada karyawan kliennya tersebut akan menghasilkan informasi tertulis atau lisan.
Jawaban lisan yang diperoleh dari permintaan keterangan tersebut merupakan tipe bukti audit lisan. Umumnya bukti lisan tidak cukup, tetapi bukti audit ini dapat menunjukkan situasi yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut atau pengumpulan bukti audit lain yang akan menguatkan bukti lisan tersebut.
5)    Perbandingan dan ratio
Untuk menentukan akun atau transaksi yang akan dipisahkan guna penyelidikan yang lebih intensif, auditor melakukan analisis terhadap perbandingan setiap aktiva, utang, penghasilan dan biaya dengan saldo yang berkaitan dalam tahun sebelumnya. Jika terjadi perubahan yang bersifat luar biasa, diadakan penyelidikan sampai auditor memperoleh alasan yang masuk akal mengenai penyebabnya.
Bukti audit berupa perbandingan dan ratio ini dikumpulkan oleh auditor pada awal audit untuk membantu penentuan objek audit yang memerlukan penyelidikan yang mendalam dan diperiksa kembali pada akhir audit untuk menguatkan kesimpulan-kesimpulan yang dibuat atas dasar bukti-bukti lain.
6)    Bukti dari spesialis
Spesialis adalah seorang atau perusahaan yang memiliki keahlian atau pengetahuan khusus dalam bidang selain akuntansi dan auditing. Berbagai contoh tipe masalah yang kemungkinan menurut pertimbangan auditor memerlukan pekerjaan spesialis meliputi, namun tidak terbatas pada hal-hal berikut ini:
a)    Penilaian
b)    Penentuan karakteristik fisik yang berhubungan dengan kuantitas yang tersedia atau kondisi.
c)    Penentuan nilai yang diperoleh dengan menggunakan teknik atau metode khusus.
d)    Penafsiran persyaratan teknis, peraturan atau persetujuan

    Dari beberapa tipe informasi penguat di atas dapat kita ketahui bahwa di dalam bukti audit mencakup semua informasi yang menguatkan informasi-informasi yang disajikan dalam bukti audit, sehingga dalam bukti audit tersebut mendukung pembukuan ke dalam akun atau sebuah laporan keuangan. (Sri Winarti, 2013)
   
Prosedur Audit
Prosedur yang biasa dilakukan oleh auditor meliputi:
1.    Inspeksi
Inspeksi merupakan pemeriksaan secara rinci terhadap dokumen atau kondisi fisik sesuatu.
2.    Pengamatan
Pengamatan atau observasi merupakan prosedur audit yang digunakan oleh auditor untuk melihat atau menyaksikan pelaksanaan suatu kegiatan.

3.    Permintaan  Keterangan
Permintaan keterangan merupakan prosedur audit yang dilakukan dengan meminta keterangan secara lisan. Bukti audit yang dihasilkan adalah bukti lisan dan bukti dokumenter.
4.    Konfirmasi
Konfirmasi merupakan bentuk penyelidikan yang memungkinkan auditor memperoleh informasi secara langsung dari pihak ketiga yang bebas.
5.    Penelusuran
Dalam melaksanakan prosedur audit ini, auditor melakukan penelusuran informasi sejak mula-mula data tersebut direkam pertama kali dalam dokumen, dilanjutkan dengan pelacakan pengolahan data tersebut dalam proses akuntansi.
6.    Pemeriksaan bukti pendukung
Prosedur audit ini berlawanan arahnya dengan prosedur penelusuran. Prosedur ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memperoleh bukti audit mengenai kebenaran perlakuan akuntansi terhadap transaksi yang terjadi.
7.    Penghitungan
Penghitungan fisik digunakan untuk mengevaluasi bukti fisik kuantitas yang ada ditangan.
8.    Scanning
Scanning merupakan review secara cepat terhadap dokumen, catatan dan daftar untuk mendektesi unsur-unsur yang tampak tidak biasa yang memerlukan penyelidikan lebih mendalam.
9.    Pelaksanaan ulang
Prosedur audit ini merupakan pengulangan aktivitas yang dilakukan oleh klien.
10.    Teknik audit berbantuan komputer
Teknik audit berbantu komputer memberikan panduan bagi auditor tentang penggunaan komputer dalam audit di lingkungan sistem informasi komputer.



Situasi Audit yang Mengandung Risiko Besar
1.    Pengendalian intern yang lemah
2.    Kondisi keuangan yang tidak sehat
3.    Manajemen yang tidak dapat dipercaya
4.    Penggantian auditor
5.    Perubahan tarif atau peraturan pajak atas laba
6.    Usaha yang bersifat spekulatif
7.    Transaksi perusahaan yang kompleks

Keputusan yang Harus Diambil oleh Auditor Berkaitan Dengan Bukti Audit
Dalam proses pengumpulan bukti audit, auditor melakukan empat pengambilan keputusan yang saling berkaitan, yaitu:
1.    Penentuan prosedur audit yang akan digunakan
2.    Penentuan besarnya sampel untuk prosedur audit tertentu
3.    Penentuan unsur tertentu yang harus dipilih dari populasi
4.    Penentuan waktu yang cocok untuk melaksanakan prosedur audit tersebut

B.    KERTAS KERJA
Kertas kerja adalah catatan-catatan yang diselenggarakan oleh auditor mengenai prosedur audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan kesimpulan yang dibuatnya sehubungan dengan auditnya.
Kertas kerja adalah catatan yang disimpan oleh auditor independen mengenai prosedur-prosedur yang diikuti, pengujian yang dilaksanakan, informasi yang diperoleh dan kesimpulan yang diambil dari audit yang dilaksanakan.
Kertas kerja merupakan:
1.    Pendukung utama laporan auditor
2.    Alat untuk mengkoordinasi dan mengawasi audit dalam rangka supervisi audit
3.    Bukti bahwa audit telah dilaksanakan sesuai dengan standar-standar auditing yang diterima umum
Kertas kerja sebagai catatan yang disimpan oleh auditor tentang prosedur audit yang diterapkan, pengujian yang dilaksanakan, informasi yang diperoleh dan kesimpulan tentang masalah yang dicapai dalam audit. 
Standar ketiga dari standar pekerjaan menuntut auditor untuk mengumpulkan bukti audit yang kompeten. Auditor haruss mengumpulkan bukti dan jugs mendokumentasikan proses pengumpulan bukti tadi. Dokumentasi dilakukan dengan membuat kertas kerja. Kertas kerja, mensyaratkan auditor menyusun dan menyimpan kertas kerja untuk mendukung laporan auditor. Kertas kerja merupakan mata rantai yang menghubungkan catatan akuntansi klien dengan laporan auditor.
Kertas kerja merupakan catatan-catatan yang diselenggarakan dan atau disimpan oleh auditor independen mengenai proses audit, pengujian, informasi dan kesimpulan dari audit yang telah dilaksanakan. (Sulis Nopen Saputri, 2013)
Kertas kerja pemeriksaan (audit working papers) meliputi semua berkas yang dikumpulkan selama berlangsungnya pemeriksaan sebagai bukti telah dilaksanakannya prosedur-prosedur pemeriksaan dan telah diikutinya norma pemeriksaan akuntan. Berkas-berkas ini sebaiknya dipisahkan menurut masa lakunya. Jadi ada berkas-berkas yang dimasukkan dalam map tahun berjalan (current file) dan ada yang dimasukkan dalam map permanen (permanent file). 
Berkas-berkas yang masuk map tahun berjalan misalnya:
1.    Konsep-konsep laporan keuangan.
2.    Daftar pengujian penguasaan (audit check list)
3.    Daftar-daftar utama (top schedules)
4.    Daftar-daftar tambahan (supporting schedules)
5.    Laporan pemeriksaan kas
6.    Hasil konfirmasi dan rekonsiliasi bank.
7.    Hasil observasi perhitungan persediaan barang
8.    Hasil konfirmasi piutang
9.    Program pemeriksaan.

Dalam map permanen dimasukkan berkas-berkas yang mempunyai kegunaan lebih dari satu tahun dan umumnya dipakai sebagai referensi dalam pemeriksaan ditahun-tahun yang akan datang, seperti:
1.    Anggaran dasar
2.    Project proposal
3.    Surat-surat keputusan mengenai fasilitas perpajakan
4.    Bagan organisasi
5.    Contoh tanda tangan pejabat-pejabat yang memberikan persetujuan.
6.    Proses produksi dan keterangan mengenai barang produksi
7.    Bagan perkiraan (rekening stelsel atau chart of accounts)
8.    Kontrak-kontrak penjualan dan pembelian, perjanjian kredit
9.    Statistik keuangan yang penting-penting (financial highlights)

Penggolongan Kertas Kerja:
1.    Rencana audit dan program audit
2.    Neraca saldo pemeriksaan
3.    Ringkasan-ringkasan dan analisa-analisa
4.    Memo audit dan informasi pendukung
5.    Penyesuaian dan reklasifikasi

Fungsi kertas kerja
Kertas kerja audit membantu auditor dengan :
1.    Menyediakan alat perikatan dan pengkoordinasian pekerjaan audit
2.    Membantu auditor, manajer, dan rekan dalam menyelia dan menelaah pekerjaan
3.    Memberikan dukungan bagi laporan auditor
4.    Mendokumentasikan ketaatan auditor terhadap standar auditing yang berlaku umum yang berhubungan dengan pekerjaan lapangan
5.    Menolong perencanaan dan pelaksanaan audit kllien pada masa yang akan datang
6.    Memberikan jasa profesional tambahan
Isi Kertas Kerja
Kertas kerja harus cukup memperlihatkan bahwa catatan akuntansi cocok dengan laporan keuangan atau informasi lain yang dilaporkan serta standar auditing yang dapat diterapkan telah dilaksanakan oleh auditor. Kertas kerja biasanya harus berisi dokumentasi yang memperlihatkan:
1.    Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan pertama yaitu pemeriksaan telah direncanakan dan disupervisi dengan baik.
2.    Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan kedua yaitu pemahaman memadai atas pengendalian intern telah diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang telah dilakukan.
3.    Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan ketiga yaitu bukti audit telah diperoleh, prosedur audit telah diterapkan, dan pengujian telah dilaksanakan, yang memberikan bukti kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.
Lebih singkatnya kertas kerja berisi : (fatma asih kurniati: 2013)
•    Standar Pekerjaan I (Pertama) yaitu Perencanaan pemeriksaan dan Supervisi
•    Standar Pekerjaan II (Kedua) yaitu Pengendalian Intern untuk merencanakan audit, menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian
•    Standar Pekerjaan III (Ketiga) yaitu Bukti Audit, Prosedur Audit dan Pengujian untuk sebagai dasar memadai menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.
Pembuatan Kertas Kerja  
Ada beberapa prinsip umum dala pembuatan kertas kerja. Yakni:
1.    Semua kertas kerja harus ada tujuannya
Para pembantu akuntan yang masih baru, sering beranggapan bahwa kebanyakan kertas kerja lebih baik dari kekurangan kertas kerja. Hal ini sama sekali tidak benar sebab pembuatan kertas kerja yang tidak perlu sebenarnya sangat mahal biayanya sebab memakan waktu sipembuat dan atasannya serta tempat penyimpanan yang tidak sedikit. Selain dari pada itu, penyimpanan kertas kerja yang tak diperlukan, misalnya yang disiapkan oleh akuntan, dapat memberi kesan pada orang lain yang kebetulan melihat kertas kerja tersebut, seolah-olah akuntan lalai dalam pekerjaanya.
2.    Hindarkan pekerjaa salin-menyalin
Salin menyalin memakan waktu dan juga terdapat kemungkinan salah menyalin. Akuntan dibayar untuk memeriksa dan bukan menyalin, oleh karena itu pekerjaan salin menyalin harus dihindarkan dengan jalan meminta photocopy dari langganan atau membuat ringkasan-ringkasan (excerpt).
3.    Hindarkan menyalin kembali
Para pembantu akuntan yang masih baru mempunyai kecenderungan menyalin kembali kertas kerja yang dibuat semula, agar kertas kerja itu kelihatannya bagus. Pekerjaan yang rapih memudahkan pemeriksaan (review) oleh atasan.
4.    Dukung dan jelaskan semua perkiraan
Perkiraan-perkiraan yang ada dalam nerara percobaan yang diperoleh dari langganan harus didukung dengan kertas-kertas kerja atau cacatan yang memuat analisa atas perkiraan tersebut dan prosedur lainnya.
5.    Tulis prosedur pemeriksaan yang dijalankan
Disamping pembubuhan tandatangan pada program pemeriksaan, setiap kertas kerja harus, secara singkat tetapi jelas, menunjukkan prosedur pemeriksaan yang dijalankan.

6.    Tulis untuk diingat
Sering para pembantu akuntan lupa menuliskan informasi atau komentar yang diperolehnya dalam pekerjaan pemeriksaan. Hal ini biasanya mereka simpan dalam kepala atau ingatannya dan kemudian terlupakan.
7.    Buktikan keterangan lisan yang diterima
Sering akuntan atau pembantunya menerima keterangan lisan dari langganan.
8.    Pertanyaan jangan ditinggalkan tak terjawab
Di dalam proses pemeriksaan sering terdapat pertanyaan-pertanyaan, baik yang merupakan pertanyaan pembantu  akuntan maupun pertanyaan dari atasannya sewaktu menelaah kertas kerja pembantunya.

Tujuan Pembuatan Kertas Kerja
    Ada berbagai tujuan pembuatan kertas kerja. Empat tujuan penting pembuatan kertas kerja adalah untuk:
1.    Mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan auditan
2.    Menguatkan simpulan-simpulan auditor dan kompetensi auditnya
3.    Mengkoordinasi dan mengorganisasi semua tahap audit
4.    Memberikan pedoman dalam audit berikutnya

Faktor-Faktor yang Harus Diperhatikan oleh Auditor dalam Pembuatan kertas  Kerja yang Baik
1.    Lengkap
2.    Teliti
3.    Ringkas
4.    Jelas
5.    Rapi




Tipe Kertas kerja
    Isi kertas kerja meliputi semua informasi yang dikumpulkan dan dibuat oleh auditor dalam auditnya. Kertas kerja terdiri dari berbagai macam yang secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam 5 tipe kertas kerja berikut ini:
1.    Program audit
2.    Working trial balance
3.    Ringkasan jurnal adjustment
4.    Skedul utama
5.    Skedul pendukung 

Kertas kerja
    Akuntansi senior yang akan me-review kertas kerja biasanya menghendaki susunan kertas kerja dalam urutan berikut ini:
1.    Draft laporan audit
2.    Laporan keuangan auditan
3.    Ringkasan informasi bagi reviewer
4.    Program audit
5.    Laporan keuangan atau lembar kerja
6.    Ringkasan jurnal adjustment
7.    Working trial balance
8.    Skedul utama
9.    Skedul pendukung

BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan
    Dari penjelasan Bab sebelumnya dapat kita simpulkan bahwa bukti audit merupakan kumpulan informasi-informasi yang berkaitan dengan angka atau berisi informasi lainnya yang berguna dalam data laporan keuangan. Tujuan dari pada bukti audit adalah guna memahami lingkungan klien serta memahami audit transaksi dan saldo.
    Terdapat dua tipe bukti audit yaitu tipe data akuntansi dan tipe informasi penguat. Sedangkan prosedur audit yang sering dilakukan oleh auditor ada 10 macam yakni inspeksi, pengamatan, pemintaan keterangan, konfirmasi, penelusuran, pemeriksaan bukti pendukung, perhitungan, scening, pelaksanaan ulang, dan teknik audit berbantuan komputer.
    Kertas kerja audit merupakan catatan-catatan yang diselenggarakan dan atau disimpan oleh auditor independen mengenai proses audit, pengujian, informasi dan kesimpulan dari audit yang telah dilaksanakan.
Terdapat 8 prinsip dalam pembuatan kertas kerja diantaranya yaitu semua kertas kerja harus ada tujuannya, hindarkan pekerjaa salin-menyalin, hindarkan menyalin kembali, dukung dan jelaskan semua perkiraan, tulis prosedur pemeriksaan yang dijalankan, tulis untuk diingat, buktikan keterangan lisan yang diterima, dan pertanyaan jangan ditinggalkan tak terjawab.
Sehingga bukti audit dan kertas kerja sangatlah besar pengaruhnya serta  sangat membantu dalam kegiatan audit. Bukti audit bermanfaat sebagai alat yang bisa menjelaskan bahwa laporan keuangan tersebut benar telah diaudit, dengan hasil tertentu. Sedangkan kertas kerja bermanfaat sebagai alat untuk membantu auditor dalam melaksanakan pekerjaannya melalui penyusunan kertas kerja, auditor dapat mendokumentasikan proses dan hasil audit.



DARTAR PUSTAKA

Boynton dan Johnson. 2002. Modern Auditing 1.  Jakarta: Erlangga

Mulyadi.  2011. Auditing.  Jakarta: Salemba Empat

Noor asmara, Eka dan rusmin. 1996. Belajar Cepat dan Sistematis Auditing 1. Yogyakarta:  UPP AMP YKPN

Simamora, Henry. 2002. Auditing 1. Yogyakarta: UPP AMP YKPN

Wardhana, Ali. 1977. Auditing: Petunjuk Pemeriksaan Akuntan Publik.  Jakarta:  Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

http://gallery-bersama.blogspot.com/favicon.ico, di unduh pada 26 September 2013

metodologi penelitian


TUGAS KELOMPOK
UANG DAN KLASIFIKASI UANG
Makalah ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Fiskal  dan Moneter
Dosen Pengampu: Fitri Kurniawati, ME.Sy



Disusun Oleh Kelompok 1:
Kelas/Semester:  E/ V
Fatma Asih Kurniati    1172844
Fiktaj Praditiatama    1172904
Neswi Wahyuni    1288654
Umi Halimah    1174414
Wahyu Indrawan    1174444

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM
JURUSAN SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
JURAI SIWO METRO
2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang Maha Pengasih dan Penyayang, Maha Pengampun serta Maha Penerima Taubat bagi hamba-hamba-Nya yang mau bertaubat dan mohon ampunan-Nya.
Berkat rahmat dan Hidayah-Nya serta Inayah-Nya pulalah, kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Fitri Kurniawati, ME.Sy selaku dosen pengampu mata kuliah Fiskal dan Moneter  yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.
Dan mudah-mudahan Allah SWT melindungi dari kesalahan diri kami dan dari keburukan amal kami. Karena siapa saja yang disesatkan oleh-Nya maka tidak seorang pun yang bisa memberi petunjuk baginya. Dan siapa saja yang diberi petunjuk oleh-Nya maka tidak seorang pun dapat menyesatkannya.
Sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada pahlawan revolusioner dunia, Putra Abdullah, Nabi Muhammad SAW, yang telah menunjukkan kita ke jalan yang lurus.
Penulis sadar, bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, untuk itu saran dan kritik pembaca yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Metro,  September 2013


     Kelompok 1 
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL         i
KATA PENGANTAR         ii
DAFTAR ISI         iii

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang        1
B.    Rumusan Masalah        1
C.    Tujuan         2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Uang         3
B.    Ciri-ciri Uang          3
C.    Fungsi Uang         4
D.    Jenis uang        6
E.    Peran Uang        9
F.    Mata Uang         10
G.    Klasifikasi Uang         11
H.    Alasan Orang Memegang Uang         15
BAB III PENUTUP
Kesimpulan         16

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Uang mempanyai peran yang penting dalam memenuhi kebutuhan hidup,dan mengingat bahwa kebutuhan manusia yang tidak terbatas namun alat pemenuhan kebutuhan manusia itu terbatas.
Uang merupakan alat pembayaran yang berlaku sekarang untuk semua transaksi jual-beli baik secara langsung maupun tidak langsung. Keberadaan uang menyediakan alternatif transaksi yang lebih mudah dari pada barter yang lebih kompleks, tidak efisien, dan kurang cocok digunakan dalam sistem ekonomi modern karena membutuhkan orang yang memiliki keinginan yang sama untuk melakukan pertukaran dan juga kesulitan dalam penentuan nilai. Efisiensi yang didapatkan dengan menggunakan uang pada akhirnya akan mendorong perdagangan dan pembagian tenaga kerja yang kemudian akan meningkatkan produktifitas dan kemakmuran.
Oleh karena itu, uang sering kali disebut dengan alat pembayaran. Namun, tak semua orang mengerti tentang uang. Banyak orang menganggap uang adalah secarik kertas atau kepingan logam yang berharga. Namun, sebenarnya bukanlah kertas ataupun kepingan logam itu yang berharga, melainkan nilai yang dimiliki oleh uang tersebut. Bahkan, uang tidak hanya berupa kertas maupun logam tetapi ada pula uang dalam bentuk-bentuk lainnya.
Makalah ini ditulis agar para pembaca dapat mengenal uang bukan hanya dari sisi manfaat dan kegunaannya untuk memenuhi kebutuhan manusia saja, namun juga mengetahui pengertian, ciri-ciri, jenis, fungsi, peranan dan klasifikasi uang.

B.     Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dengan uang?
2.    Apa yang termasuk dalam ciri-ciri uang?
3.    Apa yang termasuk dalam fungsi uang?
4.    Apa saja jenis dari uang?
5.    Bagaimana peranan dari uang?
6.    Apa saja jenis mata uang?
7.    Apa saja klasifikasi dari uang?
8.    Apa alasan orang memegang uang?

C.    Tujuan
1.    Untuk mengetahui pengertian dari uang
2.    Untuk mengetahui ciri-ciri dari uang
3.    Untuk mengetahui fungsi dari uang
4.    Untuk mengetahui jenis-jenis uang
5.    Untuk mengetahui peranan uang
6.    Untuk mengetahui jenis mata uang
7.    Untuk mengetahui klasifikasi uang
8.    Untuk mengetahui  alsan orang memegang uang


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Uang
Uang didefinisikan sebagai benda-benda yang disetujui oleh masyarakat sebagai alat perantaraan untuk mengadakan tukar menukar/perdagangan.
Dalam litelatur lain, uang adalah segala sesuatu yang dapat diterima oleh masyarakat umum sebagai alat tukar atau bayar didalam lalu lintas perekonomian khususnya perdagangan.
Uang juga dapat diartikan barang yang memenuhi setiap fungsi. Dengan demikian penentuan bahwa suatu barang adalah uang tergantung pada penggunaan sebagai alat tukar, unit penghitung, penyimpan nilai dan sebagai standar pembayaran yang tertangguhkan.
Uang adalah sesuatu yang diterima sebagai alat pembayaran dan penyelesaian hutang.
Dari berbagai definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa uang adalah benda yang telah disetujui oleh masyarakat untuk digunakan sebagai alat tukar menukar,unit hitung,penyimpan nilai dan standar pembayaran yang sah yang digunakan dalam lalulintas perekonomian.

B.    Ciri-ciri Uang
Ciri-ciri utama uang antara lain:
1.    Dapat diterima umum
2.    Memiliki nilai tertentu dan stabil nilainya
3.    Tidak mudah rusak atau awet/tahan lama
4.    Mudah dibawa
5.    Tidak mudah ditiru
6.    Dapat dibagi kedalam satuan ukur yang kecil dan pembagian atasnya tidak merusak nilainya itu sendiri.
7.    Jumlahnya terbatas (tidak berlebihan)
8.    Bendanya mempunyai mutu yang sama.

C.    Fungsi Uang
Ada dua fungsi uang, yaitu sebagai fungsi dasar dan fungsi tambahan. 
•    Fungsi dasar dari uang meliputi:
    Uang sebagai alat perantara untuk tukar menukar
Dengan adanya uang, kegiatan tukar menukar akan jauh lebih mudah dijalankan kalau dibandingkan dengan di dalam kegiatan perdagangan serta barter. Seseorang yang ingin memperoleh berbagai jenis barang untuk memenuhi kebutuhannya, akan dapat dengan mudah memperolehnya apabila ia memiliki uang yang cukup untuk membeli kebutuhan tersebut.
Dengan adanya uang seseorang yang menginginkan suatu barang  tidak perlu susah payah mencari seseorang yang memiliki barang tersebut, seperti tukar menukar secara barter. Adanya uangtelah melancarkan jalannya kegiatan perdagangan.

    Uang sebagai alat penyimpan nilai
Penggunaan uang memungkinkan kekayaan seseorang disimpan dalam bentuk uang. Apabila harga-harga barang stabil, menyimpan kekayaan dalam bentuk uang lebih menguntungkan dari menyimpannya dalam bentuk barang  karena uang dapat digunakan untuk mengalihkan daya beli dari masa sekarang ke masa mendatang. Ketika seorang penjual saat ini menerima sejumlah uang sebagai pembayaran atas barang dan jasa yang dijualnya, maka ia dapat menyimpan uang tersebut untuk digunakan membeli barang dan jasa di masa mendatang.

    Uang sebagai satuan hitung (unit of account)
 karena uang dapat digunakan untuk menunjukan nilai berbagai macam barang/jasa yang diperjualbelikan, menunjukkan besarnya kekayaan, dan menghitung besar kecilnya pinjaman. Uang juga dipakai untuk menentukan harga barang/jasa (alat penunjuk harga). Untuk menyatakan berat suatu barang, kita menggunakan satuan gram, satuan menit untuk menyatakan waktu, dn untuk menyatakan nilai suatu barang / jasa di gunakan satuan uang. Misalnya, nilai sebuah  buku tulis seharga Rp.1500. penggunaan satuan uang dalam meyatakan nilai suatu barang dan jasa labih praktis dan mudah. Lain halnya jika nilai suatu barang dinyatakan dengan barag lain. Misalnya, nilai dari sebuah buku tulis samam dengan nilai seekor ayam kecil. Pernyataan ini sulit untuk disampaikan secara tepat kepada orang lain sehingga tidak mudah dilakukan dalam tukar menukar.

•    Fungsi tambahan dari uang meliputi:
    Uang sebagai ukuran bayaran tertunda/alat ukur hutang
    Penggunaan uang sebagai alat perantara dalam tukar menukar dapat mendorong perkembangan perdagangan yang bersifat  sebagai perantara karena penjual akan lebih merasa yakin bahwa pembayaran yang ditunda itu adalah sesuai dengan yang diharapkannya. Dengan perkataan lain, mutu benda yang akan diperolehnya di masa yang akan datang sebagai penjualannya, yaitu uang akan sesuai dengan yang diharapkannya pada waktu menjual barangnya.

    Uang sebagai satuan nilai
     Yang dimaksudkan dengan satuan nilai adalah satuan ukuran yang menentukan besarnya nilai dari berbagai jenis barang. Dengan adanya uang, nilai suatu barang dapat dengan mudah dinyatakan, yaitu dengan menunjukan jumlah uang yang diperlukan untuk memperoleh barang tersebut.
    Uang sebagai alat penyimpan kekayaan
Artinya bahwa dengan uang orang dapat menyimpan harta kekayaan. Misalnya seseorang memiliki harta kekayaan berupa 100 ekor sapi. Jika ia ingin menyimpan kekayaan, ia tidak perlu menyimpan sapinya yang memerlukan banyak tempat dan menghadapi banyak resiko. Akan tetapi, ia bisa menyimpan dalam bentuk uang dengan lebih dahulu menjual sapi-sapinya.
    Uang sebagai alat pembentuk dan pemindah kekayaan
Artinya bahwa dengan uang orang dapat membentuk kekayaan dengan cara membeli tanah, rumah, mobil, ternak, atau perhiasan. Dengan uang, orang dapat memindahkan kekayaannya dari satu tempat ke tempat lain dengan cara menjual kekayaannya itu, kemudian dibelikan lagi di tempat lain.
D.    Jenis Uang
Uang yang beredar dalam masyarakat dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu uang kartal (sering pula disebut sebagai common money) dan uang giral. Uang kartal adalah alat bayar yang sah dan wajib digunakan oleh masyarakat dalam melakukan transaksi jual-beli sehari-hari.
Sedangkan yang dimaksud dengan uang giral adalah uang yang dimiliki masyarakat dalam bentuk simpanan (deposito) yang dapat ditarik sesuai kebutuhan. Uang ini hanya beredar di kalangan tertentu saja, sehingga masyarakat mempunyai hak untuk menolak jika ia tidak mau barang atau jasa yang diberikannya dibayar dengan uang ini. Untuk menarik uang giral, orang menggunakan cek.


•    Menurut bahan pembuatannya
Uang menurut bahan pembuatannya terbagi menjadi dua, yaitu uang logam dan uang kertas.
    Uang logam
Uang logam adalah uang yang terbuat dari logam; biasanya dari emas atau perak karena kedua logam itu memiliki nilai yang cenderung tinggi dan stabil, bentuknya mudah dikenali, sifatnya yang tidak mudah hancur, tahan lama, dan dapat dibagi menjadi satuan yang lebih kecil tanpa mengurangi nilai. Uang logam memiliki tiga macam nilai:
1.    Nilai intrinsik, yaitu nilai bahan untuk membuat mata uang, misalnya berapa nilai emas dan perak yang digunakan untuk mata uang.
2.    Nilai nominal, yaitu nilai yang tercantum pada mata uang atau cap harga yang tertera pada mata uang. Misalnya seratus rupiah (Rp. 100,00), atau lima ratus rupiah (Rp. 500,00).
3.    Nilai tukar, nilai tukar adalah kemampuan uang untuk dapat ditukarkan dengan suatu barang (daya beli uang). Misalnya uang Rp. 500,00 hanya dapat ditukarkan dengan sebuah permen, sedangkan Rp. 10.000,00 dapat ditukarkan dengan semangkuk bakso).
Ketika pertama kali digunakan, uang emas dan uang perak dinilai berdasarkan nilai intrinsiknya, yaitu kadar dan berat logam yang terkandung di dalamnya; semakin besar kandungan emas atau perak di dalamnya, semakin tinggi nilainya. Tapi saat ini, uang logam tidak dinilai dari berat emasnya, namun dari nilai nominalnya. Nilai nominal adalah nilai yang tercantum atau tertulis di mata uang tersebut.
    Uang kertas
Sementara itu, yang dimaksud dengan uang kertas adalah uang yang terbuat dari kertas dengan gambar dan cap tertentu dan merupakan alat pembayaran yang sah. Menurut penjelasan UU No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, yang dimaksud dengan uang kertas adalah uang dalam bentuk lembaran yang terbuat dari bahan kertas atau bahan lainnya (yang menyerupai kertas).
•    Berdasarkan bentuknya
Berdasarkan bentuknya uang dibagi menjadi 2, antara lain:
    Uang Kartal
Uang kartal adalah segala sesuatu yang di pakai atau di jadikan sebagai alat pembayaran yang sah, atau sebagai alat pelunasan hutang dan pajak. Nama kartal berasal dari charta. Charta berarti suatu pengesahan pemerintah atas pengeluaran alat-alat itu sebagai uang. Yang tercakup sebagai uang chartal adalah :
a.    Mata uang standar
b.    Mata uang tanda
c.    Mata uang pecahan

    Uang giral
Dalam buku-buku moneter, uang giral sering juga disebut bank money atau deposit money. Harus di ingat bahwa bank money itu bukanlah uang kertas bank akan tetapi uang giral, karena uang kertas bank itu tercakup dalam uang chartal.
Melalui uang giral dengan mudah dapat dituliskan sejumlah tertentu uang yang diperlukan dalam menyelesaikan berbagai transaksi oleh pembeli yang kemudian penjual dapat menukarkannya ke bank dengan uang kartal atau pula dimasukkan ke rekeningnya.
Penggunaan uang giral ini tergantung pada tinggi rendahnya tingkat perekonomian suatu negara, besar kecilnya kepercayaan masyarakat terhadap jasa perbankan, dll. Semakin maju perekonomian suatu negara, yang berarti tingkat monetisasinya tinggi, maka semakin sering atau semakin banyak digunakan uang giral dan sebaliknya. Demikian pula semakin tinggi kepercayaan masyarakat kepada bank berarti semakin besar penggunaan uang giral di dalam menyelesaikan transaksi.

E.     Peranan Uang
Dalam masyarakat yang masih primitif belum terdapat pembagian kerja, sedangkan pada tingkat yang lebih maju di mana dalam masyarakat sudah dilakukan tukar menukar, telah mulai tampak adanya spesialisasi pekerjaan, tidak seluruh kebutuhan harus diproduksikan oleh masing-masing individu dalam masyarakat, sebagaimana pada masyarakat yang primitif. Dengan adanya uang telah memungkinkan terlaksananya pembagian kerja yang lebih sempurna seperti yang kita temui sekarang ini. 
Dalam masyarakat yang sudah biasa mempergunakan uang sebagai alat penukar, hampir tidak ada lagi seseorang yang menghasilkan sesuatu barangdari proses produksi yang pertama hingga menjadi barang jadi. Tiap tahap proses produksi yang tertentu dikerjakan oleh orang atau bagian yang khusus sehingga pembagian kerja akan mempermudah pekerjaan dan melipat gandakan hasil produksi. Tanpa adanya uang yang berfungsi sebagai alat penukar, kiranya tidaklah mungkin pembagian kerja dapat berjalan seperti sekarang ini. Dengan demikian uang telah mengambil peranan yang amat penting dalam proses terciptanya spesialisasi yang sangat jauh.
Pada dasarnya, dengan demikian, uang mempunyai peranan penting di dalam perekonomian, terutama
    Dalam produksi
    Dalam pertukaran dan konsumsi
    Pada masyarakat
Dengan semakin terciptanya spesialisasi yang jauh, hasil produksi semakin berlipat ganda jika dibandingkan dengan keadaan dimana orang-orang masih melakukan pekerjaqn yang beraneka ragam. Dengan demikian uang bukan saja yelah memungkinkan terciptanya spesialisasi, tapi juga memberikan peranannya terhadap arah produksi dan arah konsumsi serta aktivitas ekonomi.
Apabila harga sesutu barang yang meningkat, baik karena turunnya nilai uang maupun karena sebab yang lain, konsumen akan merubah arah permintaannya terhadap barang-barang atau jasa yang masih dalam kesanggupantenaga belinya. Produsen akan mengurangi jumlah yang diproduksi apabila permintaan menurun (karena adanya kenaikan harga), dan sebaliknya. Dengan demikian, arah produksi dan konsumsi.
Dalam perekonomian di mana uang belum memegang peranan penting, arah produksi dan konsumsi pada umumnyatidak mengalami perubahan-perubahan yang besar untuk jangka waktu agak lama. Adanya kenaikan harga barang-barang, atau inflasi, yang pada umumnya merugikan masyarakat, timbul karena digunakannya uang dalam masyarakat.
 Gelombang naik turunnya harga barang-barang. Tidak begitu besar apabila perekonomian masih pada tingkat perekonomian tukar-menukar, yakni perekonomian yang belum mempergunakan uang dalam lalu-lintas pertukaran. Hanya dalam perekonomian yang telah menggunakan uang masalah inflasi atau deflasi tiombul.

F.    Mata Uang
Mula-mula logam mulia dipergunakan dalam proses pertukaran dengan bentuk batangan-batangan, dan nilainya dinytakan menurut kesatuan timbangan dari logam itu. Pada tiap pertukaran nilainya harus selalu di tetapkan kadarnya, sehingga hal tersebut menimbulkan kesukaran. Oleh karna itu, dibuatkan bentuk mata uang tertentu dengan berat dan kadar yang di jamin oleh pemerintah; disertakan pula cap atau stempel pada bentuk mata uang itu. Yang di maksudkan dengan mata uang adalah kesatuan-kesatuan logam yang mempunyai bentuk dan tanda tertentu, yang di berikan oleh atau atas nama pembesar atau pemerintah yang sah. 
Mata uang dapat dibedakan ke dalam:
1.    Mata uang standar
Ciri-ciri mata uang standar antara lain:
    Mata uang itu dibuat dari logam standar.
    Dapat di buat dengan leluasa atau bebas oleh setiap orang.
    Mata uang ini menjadi alat pembayaran yang sah sehingga sejumlah uang yang tidak terbatas.

2.    Mata uang tanda
Ciri-ciri mata uang tanda antara lain adalah:
    Mata uang tanda ini tidak terbuat dari logam standar.
    Mata uang tanda ini tidak dapat di buat dengan leluasa atau dengan bebas.
    Mata uang tanda menjadi tanda pembayaran yang sah sampai jumlah yang tidak terbatas.
Perlu diterangkan, bahwa dalam hubungan ini tidak dapat dinyatakan bahwa negara mempergunaka dua standar karena mata uang tanda tidak dapat dibuatdengan leluasa oleh setiap orang. Akan tetapi oleh karena keduanya merupakan alat-alat pembayaran yang sah  untuk jumlah-jumlah yang tidak terbatas maka standar ini dinamakan standar pincang.

3.    Mata uang pecahan
Ciri-ciri mata uang pecahan antara lain adalah:
    Mata uang pecahan ini tidak terbuat dari logam standar.
    Mata uang pecahan ini tidak boleh di buat dengan leluasa atau dengan bebas.
    Mata uang pecahan tidak menjadi alat pembayaran yang sah sehinga jumlah yang tidak terbatas.

G.    Klasifikasi uang
Uang dapat di klasifikasikan atas beberapa dasar yang berbeda- beda, seperti misalnya :
1.    Sifat fisik dan bahan yang di pakai untuk membuat uang
2.    Yang mengeluarkan/mengnedarkan, yakni pemerintah, bank sentral, atau bank komersial.
3.    Hubungan atara nilai uang sebagai uang dengan nilai uang sebagai barang
Sudut pendekatan sejarah perkembanganya, maka uang itu dapat digolongkan ke dalam: 
a.    Full bodied money
Full bodied money adalah uang yang mempunyai nilai penuh, yaitu uang yang nilainya sebagai barang untuk kebutuhan sehari-hari sama besar dengan nilainya sebagai uang.
Jenis uang full bodied money ini berupa emas dan perak (keduanya merukan standar logam). Biasanya full bodied money ini dikeluarkan oleh pemerintah. Ada dua hal yang perlu penjelasan lebih lanjut sehubungan sering terjadi kesalah pahaman, yakni:
1)    Dikatakan diatas bahwa full bodied money itu adalah uang yang nilainya sebagai barang sama dengan nilainya sebagai uang. Ini tidak berarti bahwa nilainya sebagai uang itu tetap ( konstan), jika harga dari satu unit emas dinyatakan tetap dalam mata uang, maka tenaga beli (purcasing power) akan berbanding terbalik dengan harga barang lain. Tenaga beli uang emas ini akan turun separuh, apabila harga barang lain naik dua kali. Jadi meskipun harga sebagai emas tetap, tenaga belinya dapat berubah-ubah.
2)    Tidak selalu benar bahwa nilai uang ( dalam arti tenaga belinya terhadap barang lain) ditentukan oleh jumlah (stock) barang (emas atau perak) yang dipergunakan untuk membuat uang tersebut serta permintaan untuk penggunaan barang tersebut sebagai non-uang. Namun sebenarnya nilai uang ini ( tenaga beli ) ditentukan oleh jumlah (stock) barang tersebut serta permintaan total (untuk penggunaan barang tersebut sebagai non-uang dan uang) dan biasanya permintaan barang tersebut untuk digunakan sebagai uang merupakan bagian terbesar dari permintaan total tersebut.
Dengan katta lain, nilai nominal=nilai intrinsik. Jika uang tersebut terbuat dari emas maka nilai uang itu sama dengan nilai emas yang dikandungnya.

b.    Representative full bodied money
Representatif full bodied money adalah uang yang mewakili full bodied money, yaitu uang yang nilai nominalnya lebih besar dari nilai intrinsiknya.
Biasanya uang jenis ini terbuat dari kertas, dengan demikian nilainya sebagai barang tidak ada. Sebenarnya uang jenis ini hanya mewakili (represent) dari sejumlah barang atau logam dimana nilai logam sebagai barang sama dengan nilainya sebagai uang.  Misalnya surat emas (gold certificate) yamg beredar di AS sebelum ditarik pada tahun 1933, yang mewakili sejumlah emas tertentu yang dipegang atau disimpan oleh kantor bendahara sebagai jamanan sertifikat tersebut.

c.    Credit money
Persamaan antara credit money dengan Representative full bodied money ialah kedua bentuk uang itu mempunyai nilai nominal lebih besar daripada nilai intrinsiknya. Perbedaan antara credit money dengan Representative full bodied money ialah bahwa credit money tidak mewakili full bodied money, sedangkan Representative full bodied money mewakilinya. Misalnya, penguasa ingin menciptakan uang dolar, masing-masing unit terdiri dari ½ gram perak, dan membeli perak dengan harga 1 dolar per gramnya. Dalam hal ini penguasa moneter memperoleh keuntungan, karena membeli perak per gramnya seharga 1 dolar, yang kemudian di jadikan uang dengan nilai 2 dolar.
1)    Credit money issued by government terdiri atas:
a)    Uang tanda ( token coin ) misalnya uang pecahan.
Jenis uang ini berbentuk logam dengan nilai nominal (sebagai uang) lebih tinggi daripada nilai sebagai barang. Nilai nominal biasanya kecil,  sebab uang jenis ini sering di gunakan untuk perhitungan uang’ kembali’ yang biasanya merupakan pecahan kecil. Misalnya sebelum tahun 1960an harga perak relatif rendah sehingga sebagai token coin masih terjamin karena nilai nominalnya lebih tinggi dari pada nilai intrinstik. Namun semenjak tahun 1960an penggunaan perak menjadi lebih banyak sehingga harga perak naik. Akibatnya banyak uang perak dilebur menjadi batangan perak.

b)    Uang kertas yang mewakili uang tanda tersebut di atas ( representative token coin) bedanya dengan full bodyyed money adalah bahwa representatif token money dijamin dengan logam atau coin yang nilainya sebagai barang lebih rendah dari nilai nominal. Contohnya adalah sertifikat perak yang dikeluarkan di Amerika serikat tahun 1978-1967.

c)    Promesiory Note ialah uang kertas biasa yang di cetak oleh pemerintah. Di Indonesia uang yang di cetak oleh pemerintah itu nilainya di bawah lima rupiah. Biasanya berbentuk uang kertas dan biasanya di sebut fiat money. Kepercayaan masyarakat merupakan dasar penerimaan kertas tersebut sebagai uang namun masyarakat sering mengemukakan keberatanya lantaran pemerintah dapat mencetak uang ini guna membiayai defisit anggaran belanjanya terutama pada masa perang

2)    Credit Money Issued by Bank:
a)    Central Bank Note ialah uang kertas yang dikeluarkan oleh Bank Sentral. Di Indonesia, Bank Indonesia merupakan Bank Sentral yang merangkap pula menjadi bank sirkulasi. Semua bank-bank lainnya di dalam negara itu harus berhubungan dengan Bank Sentral.
b)    Demand deposit ialah uang giral, yaitu uang yang dapat diciptakan oleh tiap-tiap bank commercial dan tidak dapat diraba (invisible) sifatnya.bagian terbesar dari uang jumlah uang yang beredar merupakan uang giral. Makin maju suatu uang perekonomian biasanya proporsi uang giral makin besar. Uang giral ini merupakan yang dapat di ambil setiap saat yang dapat di pindahkan kepada orang lain untuk melakukan pembayaran. Uang giral ini lebih praktis sebagai alat pembayaran karena : 
•    Kalau hilang dapat dilacak kembali sehingga yang menemukan tidak bisa menguangkan.
•    Dapat di pindah tangankan tanpa ongkos atau biaya yang tinggi dan dapat di lakukan dengan cepat
•    Tidak di perlukan adanya uang kembali sebab cek dapat di tulis sesuai dengan nilai transaksi. 

H.    Alasan orang memegang uang
    Motif Transaksi
Menurut J.M. Keynes Permintaan uang untuk bertransaksi mengacu kepada penggunaan uang untuk transaksi sehari-hari dalam pemenuhan kebutuhan seperti pembelian bahan baku, pembayaran upah dan pembayaran listrik.
    Motif berjaga-jaga
Permintaan uang untuk ditujukan kepada pemenuhan kebutuhan darurat yang tidak dapat diperhitungkan sebelumnya, penambahan uang untuk membayar kenaikan harga yang mendadak.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
    Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:
Uang adalah suatu benda yang diterima secara umum sebagai alat perantara untuk mempermudah tukar menukar dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Ciri-ciri utama uang antara lain: dapat diterima umum, memiliki nilai tertentu dan stabil nilainya, tidak mudah rusak atau awet/tahan lama, mudah dibawa.
    Fungsi dari uang diantaranya:
    Uang sebagai alat tukar/bayar
    Uang sebagai alat penyimpan nilai
    Uang sebagai satuan hitung atau sebagai alat pengukur nilai
    Uang sebagai alat pengukur hutang atau pembayaran diwaktu yang akan datang
    Uang sebagai penyimpan kekayaan
Yang termasuk dalam jenis uang antara lain:
    Menurut bahan pembuatannya:
•    Uang logam
•    Uang kertas
    Berdasarkan bentuknya:
•    Uang kartal
•    Uang giral
Uang dapat di klasifikasikan atas beberapa dasar yang berbeda- beda, seperti misalnya :
1.    Sifat fisik dan bahan yang di pakai untuk membuat uang
2.    Yang mengeluarkan/mengnedarkan, yakni pemerintah, bank sentral, atau bank komersial.
3.    Hubungan atara nilai uang sebagai uang dengan nilai uang sebagai barang