Blogger news

Pages

Rabu, 02 Oktober 2013

auditing 1

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, auditor mengumpulkan bukti audit. Dan bukti bahwa audit telah dilaksanakan sesuai dengan standar-standar auditing yang diterima umum di tampilkan dalam kertas kerja.
Dalam melaksanakan suatu audit atau pemeriksaan, selalu diperlukan keterangan dalam bentuk yang dapat dibuktikan dan standar-standar atau kriteria yang dapat dipakai oleh auditor sebagai pegangan untuk mengevaluasi keterangan tersebut. Audit dilaksanakan oleh pihak yang kompeten, objektif, dan tidak memihak, yang disebut auditor. Tujuannya adalah untuk melakukan verifikasi bahwa subjek dari audit telah diselesaikan atau berjalan sesuai dengan standar, regulasi, dan praktik yang telah disetujui dan diterima.
Kertas kerja merupakan alat penting dalam profesi akuntan publik. Dalam proses auditnya, auditor harus mengkumpulkan atau membuat berbagai tipe bukti. Untuk mendukung simpulan dan pendapatnya atas laporan keuangan auditan. Untuk kepentingan pengumpulan dan pembuata bukti itulah auditor membuat kertas kerja. Kertas kerja merupakan pekerjaan yang penting dalam pemeriksaan akuntan. Sebagian besar informasi yang disediakan oleh klien untuk auditor merupakan informasi yang bersifat rahasia. Karenanya auditor harus memberikan jaminan pada kerahasiaan informasi yang diberikan klien.
Untuk lebih jelasnya penulis telah menyiapkan penjelasan yang lebih rinci pada bab selanjutnya. Di dalam makalah ini, penulis mencoba menjelaskan lebih dalam lagi mengenai bukti audit dan kertas kerja. Penulis menguraikan antara lain pengertian, tujuan, tipe, penggolongan, isi dan yang lainnya.




B.    Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dengan bukti auditing?
2.    Apa yang dimaksud dengan kertas kerja?

C.    Tujuan
Dalam penulisan makalah ini, penulis mempunyai beberapa tujuan diantaranya yaitu:
1.    Untuk mengetahui lebih dalam tentang bukti audit
2.    Untuk mengetahui keseluruhan tentang kertas kerja


BAB II
PEMBAHASAN

A.    BUKTI AUDIT
    Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapatnya. Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari: data akuntansi dan semua informasi penguat (corroborating information) yang tersedia bagi auditor.
    Bukti audit berfokus pada upaya auditor dalam memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industri, sasaran dan tujuan manajemen, bagaiman manajemen menggunakan sumber dayanya untuk mencapai sasaran, keunggulan kompetitif organisasi di pasaran, proses bisnis inti, serta laba dan arus kas yang dihasilkan.
    Mulyadi mendefinisikan bukti audit sebagai Segala informasi yang mendukung angka–angka atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya. Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua informasi penguat (corroborating information) yang tersedia bagi auditor.
    Dari beberapa pengertian bukti audit di atas, dapat kita ketahui bahwasannya bukti audit cenderung berisi informasi yang berkaitan dengan angka-angka atau informasi lainnya yang mendukung data dalam penyajian laporan keuangan yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapatnya. (Asih Nurhidayati, 2013)

Konsep dasar bukti audit
Tujuan pengumpulan dan evaluasi bukti audit adalah untuk memperoleh dan informasi yang akan dipakai sebagai landasan untuk menyimpulkan apakah laporan keuangan entitas disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Tujuan auditor bukanlah untuk “membuktikan” bahwa laporan keuangan entitas disajikan secara wajar, namun untuk membuat keputusan yang beralasan berdasarkan evaluasi yang tidak memihak terhadap bukti yang dikumpulkannya. Bahan buktilah yang dipakai untuk menguatkan atau mneyangkal suatu asersi. Terdapat beberapa konsep yang berkaitan dengan bukti audit:
1.    Sifat bahan bukti
2.    Kompetensi bahan bukti
3.    Kecukupan bahan bukti
4.    Evaluasi bahan bukti

Data akuntansi
        Salah satu tipe bukti audit adalah data akuntansi. Jurnal, buku besar, dan buku pembantu, serta buku pedoman akuntansi, memorandum, dan catatan tidak resmi, seperti daftar lembaran kerja yang mendukung alokasi biaya, perhitungan, dan relokasi secara keseluruhan merupakan bukti yang mendukung laporan keuangan.
    Data akuntansi:
1.    Buku pedoman akuntansi yang berhubungan
2.    Buku jurnal
3.    Buku besar dan buku pembantu
4.    Laporan keuangan
    Auditor menguji data akuntansi yang mendasari laporan keuangan dengan jalan:
1.    Menganalisis dan me-review
2.    Menelusuri kembali langkah-langkah prosedur yang diikuti dalam proses akuntansi dan dalam proses pembuatan lembar kerja dan alokasi yang bersangkutan
3.    Menghitung kembali dan melakukan rekonsiliasi jumlah-jumlah yang berhubungan dengan penerapan informasi yang sama.
Informasi Penguat
    Tipe bukti audit lain yang dikumpulkan oleh auditor sebagai dasar pernyataan pendapatnya atas laporan keuangan adalah informasi penguat. Informasi penguat meliputi segala dokumen seperti cek, faktur, surat kontrak, notulen rapat, konfirmasi, dan pernyataan tertulis dari pihak yang mengetahui informasi lain yang dikembangkan oleh atau tersedia bagi auditor yang memungkinkannya untuk menarik kesimpulan berdasarkan alasan yang kuat.
    Informasi pendukung:
1.    Dokumen-dokumen
2.    Konfirmasi dan pernyataan-pernyataan tertulis lain
3.    Info yang diperoleh dari wawancara, observasi, inspeksi dan pengujian phisik
4.    Informasi lain yang diperoleh dan dikembangkan sendiri oleh auditor

Cukup Atau Tidaknya Bukti Audit
    Faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor dalam menentukan cukup atau tidaknya bukti audit adalah:
a.    Materialitas dan risiko
    Secara umum, untuk akun yang saldonya besar dalam laporan keuangan diperlukan jumlah bukti audit yang banyak bila dibandingkan dengan akun yang bersaldo tidak material. Dengan demikian, jumlah bukti audit yang dikumpulkan oleh auditor dalam memeriksa sediaan di perusahaan manufaktur akan lebih banyak bila dibandingkan dengan bukti audit yang dikumpulkan oleh auditor dalam pemeriksaan terhadap surat berharga.
    Untuk akun yang memiliki kemungkinan tinggi untuk disajikan salah dalam laporan keuangan, jumlah bukti audit yang dikumpulkan oleh auditor umumnya lebih banyak bila dibandingkan dengan akun yang memiliki kemungkinan kecil untuk salah disajikan dalam laporan keuangan. Karena penyajiaan sediaan dalam neraca memerlukan penentuan data kuatitas sediaan dan nilai pada tanggal neraca, risiko salah saji sediaan dalam neraca lebih tinggi bila dibandingkan dengan risiko salah saji tanah.
b.    Faktor ekonomi
    Pengumpulan bukti audit yang dilakukan oleh auditor dibatasi oleh dua faktor, yaitu waktu dan biaya. Auditor harus mempertimbangkan faktor ekonomi di dalam menentukan jumlah dan kompetensi bukti audit yang dikumpulkan. Jika dengan memeriksa jumlah bukti yang lebih sedikit dapat diperoleh keyakinan yang sama tingginya dengan pemeriksaan terhadap keseluruhan bukti, auditor memilih untuk memeriksa jumlah bukti yang lebih sedikit berdasarkan pertimbangan ekonomi: biaya dan manfaat.
c.    Ukuran dan karakteristik populasi
    Dalam pemeriksaan atas unsur-unsur tertentu laporan keuangan, auditor seringkali menggunakan sampling audit. Dalam sampling audit, auditor memilih secara acak sebagian anggota populasi untuk diperiksa karakteristiknya. Umumnya, semakin besar populasi, semakin banyak jumlah bukti audit yang diperiksa oleh auditor.
    Karakteristik populasi ditentukan oleh homogenitas anggota populasi. Jika auditor menghadapi populasi dengan anggota yang homogen, jumlah bukti audit yang dipilih dari populasi tersebut lebih kecil bila dibandingkan dengan populasi yang beranggotakan hiterogen.

Kompetensi Bukti Audit
•    Kompetensi data akuntansi
Keandalan catatan akuntansi dipengaruhi secara langsung oleh efektivitas pengendalian intern. Pengendalian intern yang kuat menyebabkan keandalan catatan akuntansi dan bukti-bukti lainnya yang dibuat dalam organisasi klien. Sebaliknya, pengendalian klien yang lemah seringkali tidak dapat mencegah atau mendeteksi kekeliruan dan ketidakberesan yang terjadi dalam proses akuntansi.



•    Kompetensi Informasi Penguat
Kompetensi informasi penguat dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini, antara lain:
a.    Relevansi
Fakta relevansi berarti bahwa bukti audit harus berkaitan dengan tujuan audit. Jika tujuan audit adalah untuk menentukan eksistensi sediaan yang dicantumkan oleh klien dalam neraca, auditor harus memperoleh bukti dengan melakukan pengamatan terhadap penghitungan fisik sediaan yang dilaksanakan oleh klien. Namun, tujuan audit tersebut tidak akan relevan dengan tujuan audit yang lain, seperti untuk menentukan kepemilikan (asersi hak dan kewajiban) serta asersi penilaian (asersi penilaian atau alokasi) sediaan.
b.    Sumber
Bukti audit yang berasal dari sumber di luar organisasi klien pada umumnya merupakan bukti yang tingkat kompetensi dianggap tinggi. Dalam audit, auditor dapat memperoleh informasi secara langsung dengan cara pemeriksaan tangan pertama, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan sendiri oleh auditor tersebut. Auditor juga melakukan pemeriksaan secara tidak langsung, yaitu dengan mengumpulkan informasi tangan kedua. Bukti audit yang diperoleh dari cara pertama relatif lebih tinggi tingkat kompetensinya bila dibandingkan dengan bukti audit yang dikumpulan dengan tangan kedua.
c.    Ketepatan waktu
Ketepatan waktu berkaitan dengan tanggal berlakunya bukti yang diperoleh auditor. Ketepatan waktu memperoleh bukti audit sangat penting dalam memverifikasi aktiva lancar, utang lancar, dan saldo akun laba-rugi yang bersangkutan.
d.    Objektivitas
Bukti yang bersifat objektif umumnya dianggap lebih andal dibandingkan dengan bukti yang bersifat subjektif. Dalam menghadapi bukti yang bersifat subjektif ini, auditor harus:
1.    Mempertimbangkan kompetensi dan intregitas karyawan yang diberi wewenang untuk melakukan estimas
2.    Menilai apakah orises pengambilan keputusan yang semestinya telah diikuti oleh klien dalam mempertimbangkan estimasi tersebut.

Tipe Bukti Audit
    Tipe bukti audit dapat dikelompokan menjadi dua golongan berikut ini:
•    Tipe data akuntansi
1)    Pengendalian intern
Pengendalian intern yang dibentuk dalam setiap kegiatan perusahaan dapat digunakan untuk mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Kesalahan yang timbul akan segera dan secara otomatis dapat diketahui dengan adanya pengecekan silang. (cross check) dan cara-cara pembuktian (proof) yang dibentuk di dalamnya.
Kuat atau lemahnya pengendalian intern merupakan faktor utama yang menentukan jumlah bukti audit yang harus dikumpulkan oleh auditor dari berbagai sumber bukti. Semakin kuat pengendalian intern, semakin sedikit bukti audit yang harus dikumpulkan sebagai dasar pernyataan pendapat auditor.
2)    Catatan akuntansi
Jurnal, buku besar dan buku pembantu merupakan catatan akuntansi yang digunakan oleh klien untuk mengolah transaksi keuangan guna menghasilkan laporan keuangan.
Keandalan catatan akuntansi sebagai bukti audit tergantung pada pengendalian intern yang diterapkan dalam penyelenggaraan catatan akuntansi tersebut.

•    Tipe Informasi Penguat
1)    Bukti fisik
Bukti fisik adalah bukti audit yang diperoleh dengan cara inspeksi atau perhitungan aktiva berwujud. Tipe bukti ini pada umumnya dikumpulkan oleh auditor dalam pemeriksaan terhadap sediaan dan kas.
Pada umumnya pemeriksaan fisik aktiva merupakan cara objektif untuk menentukan hak kepemilikan terhadap aktiva yang bersangkutan
2)    Bukti dokumenter
Tipe bukti audit yang paling penting bagi auditor adalah bukti dokumenter. Tipe bukti audit ini dibuat dari kertas bertuliskan huruf dan atau angka atau simbol-simbol yang lain. Menurut sumbernya, bukti dokumenter dapat dibagi menjadi tiga golongan:
a)    Bukti dokumenter  yang dibuat oleh pihak oleh pihak luar yang bebas yang dikirimkan langsung kepada auditor.
b)    Bukti dokumenter yang dibuat pihak luar yang bebas yang disimpan dalam arsip klien.
c)    Bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien.
3)    Perhitungan Sebagai Bukti
Perhitungan yang dilakukan sendiri oleh auditor untuk membuktikan ketelitian perhitungan yang terdapat dalam catatan klien merupakan salah satu bukti audit yang bersifat kuantitatif.
4)    Bukti lisan
Dalam melaksanakan audit, auditor tidak berhubungan dengan angka, namun berhubungan dengan orang. Oleh karena itu, dalam rangka mengumpulkan bukti audit, auditor banyak meminta keterangan secara lisan. Permintaan keterangan secara lisan oleh auditor kepada karyawan kliennya tersebut akan menghasilkan informasi tertulis atau lisan.
Jawaban lisan yang diperoleh dari permintaan keterangan tersebut merupakan tipe bukti audit lisan. Umumnya bukti lisan tidak cukup, tetapi bukti audit ini dapat menunjukkan situasi yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut atau pengumpulan bukti audit lain yang akan menguatkan bukti lisan tersebut.
5)    Perbandingan dan ratio
Untuk menentukan akun atau transaksi yang akan dipisahkan guna penyelidikan yang lebih intensif, auditor melakukan analisis terhadap perbandingan setiap aktiva, utang, penghasilan dan biaya dengan saldo yang berkaitan dalam tahun sebelumnya. Jika terjadi perubahan yang bersifat luar biasa, diadakan penyelidikan sampai auditor memperoleh alasan yang masuk akal mengenai penyebabnya.
Bukti audit berupa perbandingan dan ratio ini dikumpulkan oleh auditor pada awal audit untuk membantu penentuan objek audit yang memerlukan penyelidikan yang mendalam dan diperiksa kembali pada akhir audit untuk menguatkan kesimpulan-kesimpulan yang dibuat atas dasar bukti-bukti lain.
6)    Bukti dari spesialis
Spesialis adalah seorang atau perusahaan yang memiliki keahlian atau pengetahuan khusus dalam bidang selain akuntansi dan auditing. Berbagai contoh tipe masalah yang kemungkinan menurut pertimbangan auditor memerlukan pekerjaan spesialis meliputi, namun tidak terbatas pada hal-hal berikut ini:
a)    Penilaian
b)    Penentuan karakteristik fisik yang berhubungan dengan kuantitas yang tersedia atau kondisi.
c)    Penentuan nilai yang diperoleh dengan menggunakan teknik atau metode khusus.
d)    Penafsiran persyaratan teknis, peraturan atau persetujuan

    Dari beberapa tipe informasi penguat di atas dapat kita ketahui bahwa di dalam bukti audit mencakup semua informasi yang menguatkan informasi-informasi yang disajikan dalam bukti audit, sehingga dalam bukti audit tersebut mendukung pembukuan ke dalam akun atau sebuah laporan keuangan. (Sri Winarti, 2013)
   
Prosedur Audit
Prosedur yang biasa dilakukan oleh auditor meliputi:
1.    Inspeksi
Inspeksi merupakan pemeriksaan secara rinci terhadap dokumen atau kondisi fisik sesuatu.
2.    Pengamatan
Pengamatan atau observasi merupakan prosedur audit yang digunakan oleh auditor untuk melihat atau menyaksikan pelaksanaan suatu kegiatan.

3.    Permintaan  Keterangan
Permintaan keterangan merupakan prosedur audit yang dilakukan dengan meminta keterangan secara lisan. Bukti audit yang dihasilkan adalah bukti lisan dan bukti dokumenter.
4.    Konfirmasi
Konfirmasi merupakan bentuk penyelidikan yang memungkinkan auditor memperoleh informasi secara langsung dari pihak ketiga yang bebas.
5.    Penelusuran
Dalam melaksanakan prosedur audit ini, auditor melakukan penelusuran informasi sejak mula-mula data tersebut direkam pertama kali dalam dokumen, dilanjutkan dengan pelacakan pengolahan data tersebut dalam proses akuntansi.
6.    Pemeriksaan bukti pendukung
Prosedur audit ini berlawanan arahnya dengan prosedur penelusuran. Prosedur ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memperoleh bukti audit mengenai kebenaran perlakuan akuntansi terhadap transaksi yang terjadi.
7.    Penghitungan
Penghitungan fisik digunakan untuk mengevaluasi bukti fisik kuantitas yang ada ditangan.
8.    Scanning
Scanning merupakan review secara cepat terhadap dokumen, catatan dan daftar untuk mendektesi unsur-unsur yang tampak tidak biasa yang memerlukan penyelidikan lebih mendalam.
9.    Pelaksanaan ulang
Prosedur audit ini merupakan pengulangan aktivitas yang dilakukan oleh klien.
10.    Teknik audit berbantuan komputer
Teknik audit berbantu komputer memberikan panduan bagi auditor tentang penggunaan komputer dalam audit di lingkungan sistem informasi komputer.



Situasi Audit yang Mengandung Risiko Besar
1.    Pengendalian intern yang lemah
2.    Kondisi keuangan yang tidak sehat
3.    Manajemen yang tidak dapat dipercaya
4.    Penggantian auditor
5.    Perubahan tarif atau peraturan pajak atas laba
6.    Usaha yang bersifat spekulatif
7.    Transaksi perusahaan yang kompleks

Keputusan yang Harus Diambil oleh Auditor Berkaitan Dengan Bukti Audit
Dalam proses pengumpulan bukti audit, auditor melakukan empat pengambilan keputusan yang saling berkaitan, yaitu:
1.    Penentuan prosedur audit yang akan digunakan
2.    Penentuan besarnya sampel untuk prosedur audit tertentu
3.    Penentuan unsur tertentu yang harus dipilih dari populasi
4.    Penentuan waktu yang cocok untuk melaksanakan prosedur audit tersebut

B.    KERTAS KERJA
Kertas kerja adalah catatan-catatan yang diselenggarakan oleh auditor mengenai prosedur audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan kesimpulan yang dibuatnya sehubungan dengan auditnya.
Kertas kerja adalah catatan yang disimpan oleh auditor independen mengenai prosedur-prosedur yang diikuti, pengujian yang dilaksanakan, informasi yang diperoleh dan kesimpulan yang diambil dari audit yang dilaksanakan.
Kertas kerja merupakan:
1.    Pendukung utama laporan auditor
2.    Alat untuk mengkoordinasi dan mengawasi audit dalam rangka supervisi audit
3.    Bukti bahwa audit telah dilaksanakan sesuai dengan standar-standar auditing yang diterima umum
Kertas kerja sebagai catatan yang disimpan oleh auditor tentang prosedur audit yang diterapkan, pengujian yang dilaksanakan, informasi yang diperoleh dan kesimpulan tentang masalah yang dicapai dalam audit. 
Standar ketiga dari standar pekerjaan menuntut auditor untuk mengumpulkan bukti audit yang kompeten. Auditor haruss mengumpulkan bukti dan jugs mendokumentasikan proses pengumpulan bukti tadi. Dokumentasi dilakukan dengan membuat kertas kerja. Kertas kerja, mensyaratkan auditor menyusun dan menyimpan kertas kerja untuk mendukung laporan auditor. Kertas kerja merupakan mata rantai yang menghubungkan catatan akuntansi klien dengan laporan auditor.
Kertas kerja merupakan catatan-catatan yang diselenggarakan dan atau disimpan oleh auditor independen mengenai proses audit, pengujian, informasi dan kesimpulan dari audit yang telah dilaksanakan. (Sulis Nopen Saputri, 2013)
Kertas kerja pemeriksaan (audit working papers) meliputi semua berkas yang dikumpulkan selama berlangsungnya pemeriksaan sebagai bukti telah dilaksanakannya prosedur-prosedur pemeriksaan dan telah diikutinya norma pemeriksaan akuntan. Berkas-berkas ini sebaiknya dipisahkan menurut masa lakunya. Jadi ada berkas-berkas yang dimasukkan dalam map tahun berjalan (current file) dan ada yang dimasukkan dalam map permanen (permanent file). 
Berkas-berkas yang masuk map tahun berjalan misalnya:
1.    Konsep-konsep laporan keuangan.
2.    Daftar pengujian penguasaan (audit check list)
3.    Daftar-daftar utama (top schedules)
4.    Daftar-daftar tambahan (supporting schedules)
5.    Laporan pemeriksaan kas
6.    Hasil konfirmasi dan rekonsiliasi bank.
7.    Hasil observasi perhitungan persediaan barang
8.    Hasil konfirmasi piutang
9.    Program pemeriksaan.

Dalam map permanen dimasukkan berkas-berkas yang mempunyai kegunaan lebih dari satu tahun dan umumnya dipakai sebagai referensi dalam pemeriksaan ditahun-tahun yang akan datang, seperti:
1.    Anggaran dasar
2.    Project proposal
3.    Surat-surat keputusan mengenai fasilitas perpajakan
4.    Bagan organisasi
5.    Contoh tanda tangan pejabat-pejabat yang memberikan persetujuan.
6.    Proses produksi dan keterangan mengenai barang produksi
7.    Bagan perkiraan (rekening stelsel atau chart of accounts)
8.    Kontrak-kontrak penjualan dan pembelian, perjanjian kredit
9.    Statistik keuangan yang penting-penting (financial highlights)

Penggolongan Kertas Kerja:
1.    Rencana audit dan program audit
2.    Neraca saldo pemeriksaan
3.    Ringkasan-ringkasan dan analisa-analisa
4.    Memo audit dan informasi pendukung
5.    Penyesuaian dan reklasifikasi

Fungsi kertas kerja
Kertas kerja audit membantu auditor dengan :
1.    Menyediakan alat perikatan dan pengkoordinasian pekerjaan audit
2.    Membantu auditor, manajer, dan rekan dalam menyelia dan menelaah pekerjaan
3.    Memberikan dukungan bagi laporan auditor
4.    Mendokumentasikan ketaatan auditor terhadap standar auditing yang berlaku umum yang berhubungan dengan pekerjaan lapangan
5.    Menolong perencanaan dan pelaksanaan audit kllien pada masa yang akan datang
6.    Memberikan jasa profesional tambahan
Isi Kertas Kerja
Kertas kerja harus cukup memperlihatkan bahwa catatan akuntansi cocok dengan laporan keuangan atau informasi lain yang dilaporkan serta standar auditing yang dapat diterapkan telah dilaksanakan oleh auditor. Kertas kerja biasanya harus berisi dokumentasi yang memperlihatkan:
1.    Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan pertama yaitu pemeriksaan telah direncanakan dan disupervisi dengan baik.
2.    Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan kedua yaitu pemahaman memadai atas pengendalian intern telah diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang telah dilakukan.
3.    Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan ketiga yaitu bukti audit telah diperoleh, prosedur audit telah diterapkan, dan pengujian telah dilaksanakan, yang memberikan bukti kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.
Lebih singkatnya kertas kerja berisi : (fatma asih kurniati: 2013)
•    Standar Pekerjaan I (Pertama) yaitu Perencanaan pemeriksaan dan Supervisi
•    Standar Pekerjaan II (Kedua) yaitu Pengendalian Intern untuk merencanakan audit, menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian
•    Standar Pekerjaan III (Ketiga) yaitu Bukti Audit, Prosedur Audit dan Pengujian untuk sebagai dasar memadai menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.
Pembuatan Kertas Kerja  
Ada beberapa prinsip umum dala pembuatan kertas kerja. Yakni:
1.    Semua kertas kerja harus ada tujuannya
Para pembantu akuntan yang masih baru, sering beranggapan bahwa kebanyakan kertas kerja lebih baik dari kekurangan kertas kerja. Hal ini sama sekali tidak benar sebab pembuatan kertas kerja yang tidak perlu sebenarnya sangat mahal biayanya sebab memakan waktu sipembuat dan atasannya serta tempat penyimpanan yang tidak sedikit. Selain dari pada itu, penyimpanan kertas kerja yang tak diperlukan, misalnya yang disiapkan oleh akuntan, dapat memberi kesan pada orang lain yang kebetulan melihat kertas kerja tersebut, seolah-olah akuntan lalai dalam pekerjaanya.
2.    Hindarkan pekerjaa salin-menyalin
Salin menyalin memakan waktu dan juga terdapat kemungkinan salah menyalin. Akuntan dibayar untuk memeriksa dan bukan menyalin, oleh karena itu pekerjaan salin menyalin harus dihindarkan dengan jalan meminta photocopy dari langganan atau membuat ringkasan-ringkasan (excerpt).
3.    Hindarkan menyalin kembali
Para pembantu akuntan yang masih baru mempunyai kecenderungan menyalin kembali kertas kerja yang dibuat semula, agar kertas kerja itu kelihatannya bagus. Pekerjaan yang rapih memudahkan pemeriksaan (review) oleh atasan.
4.    Dukung dan jelaskan semua perkiraan
Perkiraan-perkiraan yang ada dalam nerara percobaan yang diperoleh dari langganan harus didukung dengan kertas-kertas kerja atau cacatan yang memuat analisa atas perkiraan tersebut dan prosedur lainnya.
5.    Tulis prosedur pemeriksaan yang dijalankan
Disamping pembubuhan tandatangan pada program pemeriksaan, setiap kertas kerja harus, secara singkat tetapi jelas, menunjukkan prosedur pemeriksaan yang dijalankan.

6.    Tulis untuk diingat
Sering para pembantu akuntan lupa menuliskan informasi atau komentar yang diperolehnya dalam pekerjaan pemeriksaan. Hal ini biasanya mereka simpan dalam kepala atau ingatannya dan kemudian terlupakan.
7.    Buktikan keterangan lisan yang diterima
Sering akuntan atau pembantunya menerima keterangan lisan dari langganan.
8.    Pertanyaan jangan ditinggalkan tak terjawab
Di dalam proses pemeriksaan sering terdapat pertanyaan-pertanyaan, baik yang merupakan pertanyaan pembantu  akuntan maupun pertanyaan dari atasannya sewaktu menelaah kertas kerja pembantunya.

Tujuan Pembuatan Kertas Kerja
    Ada berbagai tujuan pembuatan kertas kerja. Empat tujuan penting pembuatan kertas kerja adalah untuk:
1.    Mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan auditan
2.    Menguatkan simpulan-simpulan auditor dan kompetensi auditnya
3.    Mengkoordinasi dan mengorganisasi semua tahap audit
4.    Memberikan pedoman dalam audit berikutnya

Faktor-Faktor yang Harus Diperhatikan oleh Auditor dalam Pembuatan kertas  Kerja yang Baik
1.    Lengkap
2.    Teliti
3.    Ringkas
4.    Jelas
5.    Rapi




Tipe Kertas kerja
    Isi kertas kerja meliputi semua informasi yang dikumpulkan dan dibuat oleh auditor dalam auditnya. Kertas kerja terdiri dari berbagai macam yang secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam 5 tipe kertas kerja berikut ini:
1.    Program audit
2.    Working trial balance
3.    Ringkasan jurnal adjustment
4.    Skedul utama
5.    Skedul pendukung 

Kertas kerja
    Akuntansi senior yang akan me-review kertas kerja biasanya menghendaki susunan kertas kerja dalam urutan berikut ini:
1.    Draft laporan audit
2.    Laporan keuangan auditan
3.    Ringkasan informasi bagi reviewer
4.    Program audit
5.    Laporan keuangan atau lembar kerja
6.    Ringkasan jurnal adjustment
7.    Working trial balance
8.    Skedul utama
9.    Skedul pendukung

BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan
    Dari penjelasan Bab sebelumnya dapat kita simpulkan bahwa bukti audit merupakan kumpulan informasi-informasi yang berkaitan dengan angka atau berisi informasi lainnya yang berguna dalam data laporan keuangan. Tujuan dari pada bukti audit adalah guna memahami lingkungan klien serta memahami audit transaksi dan saldo.
    Terdapat dua tipe bukti audit yaitu tipe data akuntansi dan tipe informasi penguat. Sedangkan prosedur audit yang sering dilakukan oleh auditor ada 10 macam yakni inspeksi, pengamatan, pemintaan keterangan, konfirmasi, penelusuran, pemeriksaan bukti pendukung, perhitungan, scening, pelaksanaan ulang, dan teknik audit berbantuan komputer.
    Kertas kerja audit merupakan catatan-catatan yang diselenggarakan dan atau disimpan oleh auditor independen mengenai proses audit, pengujian, informasi dan kesimpulan dari audit yang telah dilaksanakan.
Terdapat 8 prinsip dalam pembuatan kertas kerja diantaranya yaitu semua kertas kerja harus ada tujuannya, hindarkan pekerjaa salin-menyalin, hindarkan menyalin kembali, dukung dan jelaskan semua perkiraan, tulis prosedur pemeriksaan yang dijalankan, tulis untuk diingat, buktikan keterangan lisan yang diterima, dan pertanyaan jangan ditinggalkan tak terjawab.
Sehingga bukti audit dan kertas kerja sangatlah besar pengaruhnya serta  sangat membantu dalam kegiatan audit. Bukti audit bermanfaat sebagai alat yang bisa menjelaskan bahwa laporan keuangan tersebut benar telah diaudit, dengan hasil tertentu. Sedangkan kertas kerja bermanfaat sebagai alat untuk membantu auditor dalam melaksanakan pekerjaannya melalui penyusunan kertas kerja, auditor dapat mendokumentasikan proses dan hasil audit.



DARTAR PUSTAKA

Boynton dan Johnson. 2002. Modern Auditing 1.  Jakarta: Erlangga

Mulyadi.  2011. Auditing.  Jakarta: Salemba Empat

Noor asmara, Eka dan rusmin. 1996. Belajar Cepat dan Sistematis Auditing 1. Yogyakarta:  UPP AMP YKPN

Simamora, Henry. 2002. Auditing 1. Yogyakarta: UPP AMP YKPN

Wardhana, Ali. 1977. Auditing: Petunjuk Pemeriksaan Akuntan Publik.  Jakarta:  Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

http://gallery-bersama.blogspot.com/favicon.ico, di unduh pada 26 September 2013

0 komentar:

Posting Komentar